Berita

TTQ: Go To Wisuda Tahfidz Al-Quran Sidogiri

Keterangan: Pengalungan surban dilakukan oleh KH. Ahmad Nawawie bin Abdul Djalil (Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri. kepada pengahfal al-Quran.

 

 

 

 

 

 

Dinamika kehidupan adalah merupakan sebuah hal yang lazim terjadi dalam kehidupan umat manusia. Keberadaannya sudah tak bisa dipungkiri lagi, terlebih pada zaman sekarang. Perkembangan pola pikir manusia dan didorong oleh kecanggihan teknologi, telah memicu banyak perubahan pada lapisan masyarakat mulai dari gaya hidup, pola pikir, hingga keyakinan hati dalam kehidupan beragama.

Sejenak, kita melihat dua hal, yang pertama tadi kita masih bisa mentoleransi karena akibat yang di timbulkan tidak terlalu fatal dalam kehidupan manusia. Meskipun, dampak negatifnya tetep ada. Namun, katika keyakinan hati dalam berkehidupan beragama yang mengalami perubahan, maka hal tersebutlah yang menjadi problematika besar dan perlu dicarikan sebuah solusi, agar dampak yang ditimbulkan tidak semakin besar.

Sedini ini, hal tersebut tidak terjadi pada masyarakat perkotaan. Bahkan, mayoritas pendududk desa pun sedikit demi sedikit berubah cara pandangnya dalam meyikapi masalah agama, dengan artian orientasi pemikiran mereka mulai berubah haluan.

Mereka miliki sebuah asumsi bahwa anak-anak mereka yang tidak memiliki ijazah formal atau tidak punya keahlian khusus yang diajarkan di sekolah-sekolah formal akan hidup melarat, tidak memiliki masa depan yang cerah. Mayoritas masyarakat kita sangat bergantung pada ijazah sekolah formal atau gelar yang didapat dari perguruan tinggi. Namun, mereka melupakan agama, lupa pada Al-Qur`an.  Padahal, pada hakikatnya Al-Qur`an-lah yang membawa kebahagiaan dalam hidup mereka.

Mereka malu apabila anak mereka tidak memiliki gelar yang diperoleh dari perguruan tinggi. namun mereka tidak malu apabila anak mereka tidak bisa membaca Al-Qur`an dengan baik dan benar. Mereka rela mengorbankan semua harta mereka agar anak-anaknya bisa lulus perguruan tinggi yang terkesan elit dan mentereng. Namun, seringkali mereka enggan mempergunakan sebagian harta mereka untuk membina anak-anaknya dalam pendidikan agama yang identik dengar kesederhanaannya

Kalau kita mau mengamati dengan lebih teliti, banyak sekali hal yang memicu problem ini, baik secara internal (berasal dari diri mereka sendiri) maupun eksternal (pengaruh dunia luar). Keduanya sama sama memiliki pengaruh atas realita ini.

Alhamdullillah, perubahan orientasi pemikiran masal tadi tak memberikan dampak sedikitpun pada pesantren kita ini. Disaat pesantren-pesantren dan lembaga pendidikan berbasis Al-Qur`an yang lain sudah mulai terkontaminasi oleh hal tadi. Terbukti pesantren kita ini tetap teguh pendirian menggengam tradisi salafnya selama lebih dari dua abad. Tak hanya itu, bukti yang lain bisa kita lihat dari bagaimana cara pesantren ini memprioritaskan pedidikan agama kepada santri daripada pendidikan yang lain.

Salah satu sarana yang disediakan sebagai bentuk kepedulian dalam kehidupan beragama adalah progam pembibitan penghafal Al-Qur`an. Daerah A-lah yang terpilih sebagai tempat bermukim para huffadz dalam mengintensifkan hafalan al-Qur`an mereka.

Daerah ini telah menjadi saksi bisu lahirnya para huffadul qur`an yang harapannya akan menghiasi perkembangan islam tidak hanya di kancah nasional namun juga di kancah internasional. Setiap tahunnya daerah ini telah berhasil mewisuda santri-santri yang berhasil menyelesaikan hafalannya.

Pada tahun ini pengurus daerah A mengagendakan dua kali tes pra wisuda yang mana satu diantaranya telah terselenggara kemarin pada tanggal 23-29 Rabiuts Tsani dan untuk yang selanjutnya akan diadakan pada bulan Jumadits Tsani.

Pelaksanaan acara tersebut bertempat di daerah A sendiri tepatnya di kamar A1, A6, A7, A8, dan A9. Selama sehari diadakan dua majelis sehingga jumlah seluruh majelis adalah dua belas majelis. Ujian kali ini dikhususkan Anggota imni dari semua tingkatan, sedangkan ujian yang akan dilaksanakan pada bulan jumada tsaniyah mendatang adalah waktu bagi selain Anggota imni.

Tes prawisuda tersebut dibilang sangat selektif. Pasalnya tes tersebut dipunggawai oleh lima orang mumtahin yang tiga diantaranya berasal dari LPPS yaitu Ust. Mustain, Ust. Nafi`, Ust. Mahfudz. Untuk dua orang mumtahin yang lain berasal dari PPS sendiri yakni, Ust. Hawari dan Ust. Sholihin. Dari beberapa tahapan yang begitu melelahkan, akhirnya empat dari lima orang peserta berhasil melewati semua tahapan dengan lancar dan hasil yang baik. Namun hanya satu orang yang masih belum beruntung karena sedang sakit. Tapi tetap harus kita beri apresiasi terhadap semangatnya untuk menyelesaikan hafalannya.

Dari lima orang peserta tadi, empat orang adalah murid MMU Aliyah dan satu orang dari tingkatan Tsanawiyah. Mereka hanya tinggal menunggu peserta lain yang lulus tes berikutnya untuk mengikuti wisuda di akhir tahun. Nantinya semua wisudawan akan mendapat sebuah penghargaan berupa pengalungan sorban langsung oleh pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri KH. Ahmad Nawawi Abdul Djalil dan satu orang wisudawan terbaik akan mendapatkan doorprize berupa uang tunai yang nominalnya masih dirahasiakan.

Walhasil, semua wisudawan yang telah diwisuda akan tetap melaksanakan aktivitas biasa sehari-hari seraya mengulang-ulang dan mempertajam hafalannya agar tidak terkontaminasi oleh pengaruh luar.

Mari kita doakan semoga ke depannya kegiatan ini terus bertambah baik dari segi kualitasnya yang berujung pada keberhasilan program ini dalam menetaskan para huffadz-huffadz muda yang akan mewarnai peradaban islam

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *