Berita wafatnya KH. Maimoen Zubair atau yang masyhur dikenal dengan Mbah Moen pada Selasa (06/08) kemarin tidak hanya membuat duka tapi juga menggugah tim redaksi Sidogiri.Net untuk sowan kepada Keluarga Sidogiri yang pernah mondok di Pesantren al-Anwar, Sarang, Rembang untuk mengenang Mbah Maimoen langsung dari santrinya.
Ada empat Mas dari Keluarga Sidogiri yang pernah mondok di Sarang yang ingin kami kunjungi, di antaranya; Mas Kholid Dahlan bin KH.Kholil Abdul Karim az-Zahidin, Mas Kholil bin KH. Ahmad Nawawi Abdul Djalil, Mas Abdul Djalil Kamil bin KH. Ahmad Nawawi Abdul Djalil, dan Mas Muhammad Thoifur Banat 07. Namun, dari ke-empat Mas yang ada, tim Sidogiri.Net hanya dapat bertemu dengan Mas Kholid dan Mas Thoifur, karena Mas Kholil dan Mas Kamil sedang tidak ada di Dalem.
Mas Thoifur adalah salah satu yang terlama menyantri ke Mbah Maimoen, selama kurang lebih tujuh tahun. Tim Sidogiri.Net-pun berusaha berbincang-bincang dengan beliau. Pukul 08.00 Malam Rabu (06/08), beliau dapat ditemui dikediamannya, Pondok Pesantren Banat 07 Sidogiri.
“Soal Mbah Moen, menurut saya itu yang mengagumkan banyak, saya ambil satu cerita, tapi cerita ini kayaknya sudah masyhur”, jawab Mas Thoifur ketika ditanyakan tentang Mbah Moen.
Beliau menceritakan tentang ketakdziman Mbah Moen kepada Dzuriyah Rasul (Keturunan Nabi Muhammad) yang oleh Mbah Moen diibaratkan seperti kamu bertanggung jawab ketika mempunyai al-Quran. Ketika al-Quran itu kotor, maka harus dibersihkan dan membersihkan-pun dengan cara yang baik.
Mas Thoifur menceritakan bahwa suatu hari ada keturunan Rasulullah yang bernama Habib Zaki mau mondok di Sarang. Ketika sowan, Habib Zaki dipesan sama pamannya agar tidak mengaku Dzuriyah Rasul. Hingga pada pukul 02.00 dini hari, Mbah Moen menggedor kamar santri untuk menanyakan siapa yang bernama Zaki. Sontak semua santri kaget. Diceritakan bahwa Mbah Moen itu bermimpi bertemu Rasulullah dan berpesan mau menitip cucunya yang bernama Zaki.
“Sampean ini dak ngaku kalau Dzuriyah Nabi, Saya barusan dimimpi ditemui Nabi, nitip cucunya yang bernama Zaki, kenapa sampean gak ngaku kalau Dzuriyah Nabi, gini saja kalau sampean masih tidak ngaku Dzuriyah, pilih mana mau mondok sini atau pulang, ya akhirnya ngaku sudah”, cerita Mas Thoifur menirukan Mbah Moen.
Ada yang sempat diragukan oleh Mas Thoifur saat mondok di Sarang yaitu shalat Shubuh di sana dilaksanakan 15 menit sebelum terbit matahari. Lambat laun akhirnya beliau memahami maksud tersebut, bahwa santri diajarkan agar tidak beranjak dari tempat shalat sampai tiba waktu dhuha.
____________
Penulis: Musafal Habib
Editor : Saeful Bahri bin Ripit