Artikel

Perpustakaan; Bukan Sembarang Tempat

“Perpustakaan bukan sekedar tempat menginterpretasikan peradaban dan kebudayaan yang ada, melainkan juga pengusung peradaban baru. Bisa dibayangkan bila hidup tanpa buku, tentu sejarah diam, sastra bungkam, sains lumpuh, dan pemikiran macet. Buku adalah mesin perubahan, jendela dunia, mercusuar yang dipancangkan di samudera waktu”. Itulah pepatah Barbara Tuchman dalam buku Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan (027.802/Suw/D/C.02).
Sangat salah jika perpustakaan—hanya—dianggap sebagai penampungan buku-buku lusuh. Sebab, satu satunya power kemajuan dalam segala bidang adalah perpustakaan.
Perpustakaanlah yang membuat sejara bercerita; yang memaksa pemikiran berkembang dan sains bangkit. Tanpa ada perpustakaan takkan ada pembangunan apapun. Sebab “pondasi” pembangunan—dari berbagai aspek—hanyalah perpustakaan. Sebagaimana kata Drs. Peter Surya dalam bukunya Membina Perpustakaan Sekolah (028/Mil/M/C.01), “Pembangunan di segala bidang membutuhkan orang yang berpandangan maju dan berilmu cukup. Untuk mencapai itu perlu pengembangan diri dan ilmu, kecuali lewat pendidikan formal dan latihan-latihan, perpustakaan memegang peranan penting dalam maksud tersebut”.
Perpustakaaan adalah learning centre yang paling efisien. Karena perpustakaan—menurut Barbara Tuchman—adalah mercusuar tinggi yang ada di tengah samudera. Semua hal yang tak jelas menjadi jelas. Sebab di perpustakaan tersedia ribuan koleksi kitab dan buku; konsultan ahli dari berbagai bidang; pustakawan yang menjadi sumber refrensi. Dan semua itu gratis Mengingat, perpustakaan bukanlah toko buku. Hal ini bisa diserap dari antologi esai Catatan Tidur dan Hal Lain (808.80/Sad/C/C.02), dengan judul Membaca dan Membaca, Mas d. Nawawy Sadoellah mengungkapkan kemuliaan perpustakaan, “Membaca tetaplah sesuatu yang mulia dalam bentuk sejatinya. Sebuah perpustakaan yang mulia karena buku-bukunya yang lusuh dibaca. Sebab, perpustakaan bukanlah toko buku; bukanlah etalase di Gramedia atau toko buku kumuh di pinggiran jalan Kwitang, Jakarta”.
Karena itulah, perpustakaan termasuk lokasi sakral pesantren. Saking mulianya perpustakaan, buku-buku lusuh yang seharusnya menjadi sampah di luar, malah—di dalam perpustakaan—menjadi bukti kemuliaannya.

Muhammad ibnu Romli/sidogiri.net

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *