a. Deskripsi Masalah
Ketika kita berada di tempat ramai yang penuh sesak dengan manusia, bersentuhan kulit satu sama lain adalah hal yang tidak bisa dihindari.
b. Pertanyaan
Adakah pendapat dari kalangan Syafiiyah yang menyatakan bahwa bersentuhan kulit antara laki-laki dengan perempuan ajnabiyyah (perempuan non-mahram) tidak membatalkan wudhu?
c. Jawaban
Kalau perempuan itu menurut ‘uruf mensyahwatkan, maka membatalkan wudhu tanpa adanya khilâf. Kalau perempuan itu masih shaghîrah (kecil) atau sudah sangat tua (‘ajûz) yang sampai pada batas tidak mensyahwatkan, maka ada dua pendapat; a) batal dan b) tidak batal.
d. Rujukan
السَّابِعَةُ لَمْسُ صَغِيْرَةٍ لاَ تُشْتَهَى، اَوْ عَجُوْزٍ لاَ تُشْتَهَى، فَوَجْهَانِ مَشْهُوْرَانِ-إِلَى أَنْ قَالَ-وَاتَّفَقُوْا عَلىَ اَنَّ الصَّحِيْحَ فِي الصَّغِيْرَةِ عَدَمُ الإِنْتِقَاضِ، وَاَمَّا الْعَجُوْزُ فَالْجُمْهُوْرُ صَحَّحُوْا الاِنْتِقَاضَ، وَقَطَعَ بهِ جَمَاعَةٌ، لأَنَّهَا مَظِنَّةُ الشَّهْوَةِ وَمَحَلٌّ قَابِلٌ فِي الْجُمْلَةِ، وَشَذَّ اْلجُرْجَانِيُّ، فَصَحَّحَ عَدَمَ الاِنْتِقَاضِ، وَقَطَعَ بِهِ الْمَحَامِلِيُّ فِي الْمُقْنِعِ، وَالصَّحِيْحُ الاِنْتِقاَضُ، وَاْلخِلاَفُ فِيْ صَغِيْرَةٍ لاَ تُشْتَهَى، كَمَا ذَكَرْناَهُ، وَاَمَّا الَّتِيْ بَلَغَتْ حَدًّا تَشْتَهِيْهِ الرَّجُلُ فَتَنْقُضُ بِلاَ خِلاَفٍ اهـ (المجموع شرح المهذب, 2/28).