
Malam Jumat (15/10), Jamiyah Sastra Pondok Pesantren Sidogiri menggelar evaluasi semester pertama. Evaluasi dilaksanakan di Gedung as-Suyuthi lantai III bagian barat. Acara ini diisi dengan pertunjukan-pertujukan peseta Jamiyah Sastra. Antara lain, teatrikal puisi dan pembacaan cerita pendek (cerpen).
Hadir sebagai komentator, N. Shalihin Damiri salah satu sastrawan asal Sampang yang pernah aktif di salah satu sanggar di Sidogiri dengan nama pena “Bin Damiri”.
Selanjutnya, beliau banyak mengevaluasi penampilan peserta Jamiyah Sastra, seperti pembacaan cerpen. Beliau menilai, pengucapan narator masih kurang baik, “Dalam pembacaan narator, kita harus pahami dulu pada karakter yang akan ditampilkan, sekiranya penonton bisa paham pada pesan yang disampaikan,” kata Bin.

Menurutnya, pembuatan sastra itu harus logis, “Anda boleh berimajinasi apapun asalkan logis,” katanya. Boleh membuat karya yang tidak logis, tapi semuanya harus dibuat tidak logis. Ia mencontohkan film Spider-Man. Bin menilai, film tersebut sangat tidak logis, tapi karena cerita dari awal sampai akhir tidak logis, jadi orang bisa paham bahwa film tersebut memang dibuat tidak logis. “Mana ada, orang bisa mengeluarkan jaring laba-laba dari tangannya? Tapi penonton malah menerimanya karena semua dibuat tidak logis,” jelasnya.
Bin Damiri sangat mengapresiasi penampilan teatrikal puisi yang ditampilkan oleh Sanggar Sandhar. Teatrikal puisi yang berjudul “Negeri 620, Muara Rindu” itu beliau anggap sudah sudah baik. “Penampilan tadi (teatrikal puisi) sudah sangat mantap, penjiwaannya sudah oke, seru pokoknya.”
Terakhir, ia berpesan kepada para pemula khususnya, tidak perlu mencari cara bagaimana menulis sastra yang baik, sebab bagi pemula, mau menulis sastra itu sudah sangat baik. “Tidak perlu repot mencari cara agar sastranya bisa bagus, yang penting menulis itu sudah baik, karena di balai bahasa sendiri masih khilaf tentang penulisan sastra,” pungkasnya.
Penulis: Muhammad Noval
Editor: Moh. Kanzul Hikam