Kuliah merupakan salah satu impian besar sebagian santri setelah lulus dari pesantren. Bertekad keras untuk mengembangkan diri dengan berkuliah. Namun, banyak yang masih tidak paham mengenai pentingnya kuliah dan seberapa besar kebutuhan santri mengenyam bangku kuliah. Oleh karena itu, simak hasil wawancara M. Nabil bin Syamsi dari Harian Maktabati dengan Mas M. Syamsul A. Munawwir, M. Psi, M. H, Kepala Lembaga Pengembangan dan Bimbingan Konseling (LPBK) serta Eks. Ketua Harakah Mahasiswa Alumni Santri Sidogiri (HMASS) Pusat.
Perlukah santri kuliah?
KA. Sadoellah Nawawie pernah dawuh, “Aku kepingin santri iki macam-macam ga’ satu jurusan. Ono’ seng dadi bupati, polisi, tentara, DPR, dan lain-lain.” Ini pesan beliau saat Alm. Drs. HM. Bashori Alwi M. Pd. I., Mengutarakan niat untuk bersekolah. Sebab medan dakwah tidak hanya di pesantren, mereka juga perlu didakwahi. Santri juga perlu andil dalam bahagian itu. Kalau santri gak ada yang kuliah, terus mahasiswa banyak yang liberal, siapa yang salah?
Apa saja yang harus dipersiapkan?
Yang paling utama adalah kesiapan mental. Jangan merasa kalah dengan mahasiswa sebab latar belakang pesantren. Mestinya, harus bangga dan yakin santri itu bisa. Selain itu, persiapan administratif perlu diambil berat; sertifikat, ijazah dan semacamnya. Menyadari bahwa status kita adalah alumni santri Sidogiri. Dengan itu, kita sadar dan tahu diri. Berpegang teguh pada takrif santri itu sudah memadai. Ini juga di antara tujuan HMASS; agar santri tetap “Sidogiri”. Di samping itu, berhati-hatilah terhadap pergaulan, karena temanmu berpengaruh terhadap kepribadian dirimu.
Bagaimana mengetahui jurusan yang tepat?
Di perkuliahan ada tes kemampuan diri dan tes psikologi kepribadian. Sebab kalau ada tes seperti itu ‘kan bisa terjamin dan terpercaya. Tetapi, tidak semua kuliah ada semacam itu. Mengetahui kepribadian juga penting saat ingin kuliah, agar jurusan yang dipilih cocok dengan kemampuannya, karena kalau tidak sesuai, malah menyiksa diri.
Pesan-pesan sampean untuk santri?
Yang rajin sekolah, perbagus nilai ujian, aktif di organisasi. Pengalaman dan prestasi sangat menunjang tinggi kualitas diri. Berlomba-lomba dalam prestasi agar “dilirik”. Jangan menganggap remeh apapun sertifikat yang ada di Sidogiri. Perbanyak membaca. Yakinlah bahwa santri itu bisa.
Kalau di pondok banyak pengalaman, berprestasi kemudian kuliah, insya Allah. Jangan lupa usaha batin juga. Minimal 1.000x salawat khidir, seperti di masjid itu (masjid jami’ Sidogiri; red). Insya Allah hajatnya terkabul.
Kalau Pondok Pesantren menginginkan santrinnya untuk kuliah di luar pesantren, mohon difikirksn untuk kedepannya pondok menfasilitasi santri tsb bisa melanjutkan kuliah keluar yaitu dengan punya ijazah SMP dan SMA.
Berkenaan dengan ijazah, Pondok Pesantren Sidogiri sendiri sudah mendapat muadalah dari Pemerintah Republik Indonesia. Lulus di tingkat Ibtidiyah di Sidogiri setara dengan lulus SD, lulus Tsanawiyah setra dengan SMP, dan lulus Aliyah setara dengan SMA. Sekian terima kasih.
Katanya Lulusan Ibtidaiyah dapat muadalah setara SMP, lulusan Tsanawiyah dapat muadalah setara SMA. Apakah benar?
Tidak benar. lulusan MMU Ibtidaiyah tetap mendapat ijazah muadalah SD, lulusan MMU Tsanawiyah mendapat ijazah muadalah SMP.
Apakah bisa mondok di sidogiri sambil kuliah
Saya pernah dengar di sidogiri ada kuliahnya sendiri setiap hari Jum’at apakah benar seperti itu?