Kitab Ihya’ Ulumuddin, karya al-Imam Muhammad Abu Hamid al-Ghazali, sudah dipelajari dan dikaji sejak dulu, ratusan tahun yang silam. Pujian terhadap karya besar ini sudah banyak, seiring kritik yang muncul, terutama soal kualitas hadis yang terdapat di dalamnya. Tentu saja, dengan beragam pembelaan yang muncul kemudian dari ulama otoritatif.
Perbincangan posisi hadis dhaif dalam syariah memang berlangsung lama, bahkan sejak awal kajian hadis muncul. Seiring dengan itu, muncul pula beberapa pandangan yang pada titik poinnya adalah khilaf; ada yang menolak total hadis; ada yang menerima dan ada pula yang memilah lagi. Tak bisa memaksakan satu pandangan, karena memang masuk ranah khilaf.
Otentikasi hadis melalui metode yang dikembangkan ulama, seperti takhrij al-Hadis dan al-Jarh wa at-Ta’dil memang memiliki peran penting dalam menyortir penyusupan non hadis. Seperti dengan hasilnya, metodologi yang digunakan pun bisa berbeda di antara kritikus hadis. Kita temukan Ta’arudh al-Jarh wa at-Ta’dil, berikut ragam klasifikasi lafal pada Jarh dan Ta’dil. Penyimpanannya pun, akan ditemukan berbeda, hingga satu hadis ada yang dihukumi dhaif ada pula yang menyebut Hasan atau bahkan Shahih.
Hal inilah juga terjadi pada hadis-hadis dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin, karya Imam al-Ghazali. Nah, buku ini hadir secara objektif menyajikan ragam perdebatan ulama itu, yang titik poinnya tak sepenuhnya seperti yang dituduhkan selama ini.
semoga banyak manfaatnya di saat saat zaman seperti ini