Haul ke-18 Alm. Hadratussyaikh K.H. Abdul Alim bin Abdul Djalil, Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri, dilaksanakan malam Selasa (28/11). Acara ini diikuti oleh santri, tamu undangan, alumni, Sidogirian dan simpatisan.
Dalam dua tahun terakhir ini, haul dilaksanakan secara virtual karena pandemi Covid-19. Kemudian baru bisa terselenggara secara terbuka untuk umum pada tahun sekarang.
Acara ini diawali dengan pembacaan Shalawat Daiba’ yang dipimpin oleh Habib Ahmad bin Idrus al-Habsyi. Kemudian dilanjut dengan pembacaan surah Yaasin dan tahlil oleh Habib Hadi bin Abdul Qodir al-Idrus.
Usai Yaasin dan tahlil, ada Mauidzatul Hasanah oleh Habib Taufiq bin Abdul Qodir as-Segaf. Dalam ceramahnya, beliau menyampaikan bahwa ulama itu seperti dokter, sedangkan orang bodoh itu seperti orang sakit. Maka seorang ulama cukup mengajarkan hal yang diwajibkan saja. Ibarat seorang dokter, dia hanya mengobati orang sakit sesuai dosisnya.
“Ulama itu dokter sedang orang bodoh adalah pasiennya. Jadi, ketika ulama ingin menyampaikan sesuatu kepada mereka yang tidak tahu, maka ajari mereka hal yang wajib-wajib saja. Tidak perlu membicarakan tentang hakikat, langit dan semacamnya,” dawuh beliau dalam wejangannya.
Dalam ceramahnya, beliau juga menjelaskan empat macam orang bodoh. Pertama, bodoh karena didasari kebencian dan iri hati. Kedua, bodoh karena dirinya tidak mengetahui bahwa ia bodoh. Ketiga, bodoh karena merasa hebat. Keempat, bodoh karena memang ingin tahu.
“Dokter yang hebat bukanlah dokter yang mengobati semua orang yang sakit, melainkan dokter yang hebat karena mengobati orang yang mau diobati. Begitu pula ulama. Seharusnya ulama itu mendidik orang yang mau dididik,” dawuh beliau di akhir ceramahnya.
Ketika acara Pengurus menginstruksikan agar para hadirin tetap tidak memasuki kawasan asrama para santri dan dihimbau untuk tidak mengambil gambar baik foto atau video. Haul ditutup dengan pembacaan doa oleh K.H. Fuad Noerhasan, Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri.
Penulis: Ulil Absor
Editor: Nur Hudarrohman