UnggulanWawancara

Sehat Jasmani dan Sehat Spiritual Harus Konsisten!

Mendekati ujian kita dibuat simalakama oleh keadaan yang ada. Otak akan terus dipacu dengan jurnal kegiatan belajar yang pastinya akan jauh lebih padat dari pada sebelumnya. Mengenai hal ini, kesehatan santri juga menjadi tunjangan keberhasilan mereka. Ironisnya, mereka seakan hanya mengedepankan kesehatan jasmani, tanpa mempedulikan kesehatan rohani atau spiritual. Sehubungan dengan fenomena ini, berikut pandangan Mas Syamsul Arifin Munawwir M.Psi, M.H Psikolog, Kepala Lembaga Psikologi Bimbingan dan Konseling (LPBK) yang diwawancari Farid Nanda Pratama dari Kabar Ikhtibar di kediamannya.

Ketika menghadapi ujian, santri disibukkan dengan belajar, tapi abai dengan kesehatannya. Tanggapan sampeyan mengenai realita ini mas?

Sungguh ironis, kerja keras kawan-kawan santri yang belajar sampai mengorbankan waktu tidurnya, tapi pada akhirnya mereka terbaring lemas di atas ranjang ketika ujian. Oleh karena itu, kita harus memfilter secara kondusif antara waktu belajar dan waktu istirahat. Waktunya belejar ya belajar, tapi jangan lupa istirahat. Jangan terlalu maksa.  Dengan demikian, kestabilan kesehatan tubuh akan tetap terjaga.

Lebih penting mana antara kesehatan tubuh dan jiwa?

Menjaga kesehatan merupakan hal urgen bagi tubuh. Terlebih bagi santri yang sekarang hampir menghadapi ujian akhir. Santri didapuk ikhlas dalam menjalani semua kegiatan. Di samping itu, mereka harus tangguh atas cobaan yang menimpa. Dalam fase ini, ketangguhan mental sangat diuji ketahanannya.

Sekuat apapun jasmani yang disiapkan, jika kita masih tidak bisa mengontrol spiritual, maka akan hancur. Menjaga kesehatan jasmani memang perlu, tetapi jangan menghiraukan kesehatan spiritual. Karena jika hanya sehat badan saja, mereka tidak tenang menghadapi ujian. Panik, takut tidak naik, dan semacamnya. Akan tetapi, kalau sehat badan dan sehat spiritual, maka ujian akan terasa rileks.

Tips untuk menjaga kesehatan spiritual dari sampeyan?  

Ujian ini harus dihadapi dengan rileks; tidak terlalu ngoyo dalam belajar, juga tidak terlalu santai. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menjaga kestablilan spiritual. Seperti membaca al-Quran dan sholawat. Sudah masyhur kan ‘al-Quran tibbil-qulub’. 

Farid Nanda/Kabar Ikhtibar

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *