Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari atau juga yang dikenal dengan sebutan Datuk Kalampayan Martapura adalah seorang ulama penganut mazhab Syafi’i. Ia dilahirkan di Desa Lok Gabang, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, pada 17 Maret, 1710 Masehi.
Syekh Arsyad adalah anak pertama dari lima bersaudara. Ia lahir dalam keluarga yang sederhana. Ayahnya seorang yang zuhud, alim dan pernah menjadi seorang pemimpin panglima dalam melawan penjajahan Portugis dan Belanda.
Sejak kecil, beliau sudah menunjukkan keahliannya di bidang seni lukis. Hal itu terlihat ketika Sultan Tahmidullah, Sultan Kerajaan Banjar, mengelilingi kampung-kampung dengan tujuan untuk melihat keadaaan rakyatnya. Kemudian ia berhenti di sebuah rumah yang terletak di Desa Lok Gabang. Saat melihat sebuah lukisan yang ada di rumah tersebut, dirinya dibuat kagum dan terkesima. Sultan Banjar menemui pemilik rumah, dan bertanya perihal lukisan yang telah membuat hatinya senang. Ternyata pelukisnya masih kanak-kanak, Syekh Arsyad kecil.
Melihat kelebihan yang ada pada Arsyad kecil, tebersitlah di hati sultan untuk mengasuh dan mendidik Arsyad di lingkungan istana kerajaan. Sebetulnya, sang ibu sangat berat hati menerima tawaran tersebut. Namun, ia sadar jika putranya itu perlu mendapat pendidikan yang lebih baik dan bagus. Otak secerdas Arsyad perlu diasah supaya menghasilkan sebuah berlian.
Di istana, sultan memperlakukannya seperti anak kandung sendiri. Para ulama terbaik didatangkan untuk mengajar di sana. Dengan kecerdasannya, Syekh Arsyad mampu menyerap semua materi yang diajarkan guru-gurunya. Sekitar umur tujuh tahun ia sudah fasih membaca al-Qur’an. Pada saat itu pula, bakat tulis menulis sudah tampak pada dirinya.
Bersambung…..
Penulis: Ulil Absor
Editor: Muhammad Ilyas