Sebagai tanda penutupan kegiatan semester satu dan evaluasi bagi peserta kursus, Jam’iyah Sastra mengadakan acara “Ngopi Sastra” yang dihelat di halaman Mabna as-Suyuthi, Rabu malam (27/10).
Acara kali ini mengangkat tema “Sastra Pesantren: Posisi dan Potensi”. Hadir sebagai Narasumber, M. Syamsul Arifin Munawwir, M.Psi., M.H., Ketua Harakah Mahasiswa Alumni Santri Sidogiri (HMASS). Dalam penyampaiannya, figur yang juga menjabat Ketua LPBK ini menyatakan, “Mengapa karya santri selama ini tidak bisa bersaing dengan karya orang luar? Karena santri kurang percaya diri dengan tulisannya sendiri. Oleh karena itu, mulai saat ini kita harus pede pada karya diri kita sendiri.”
Baca Juga: Wadah Baru Kegiatan Sastra di Sidogiri
Selain seminar, Acara “Ngopi Sastra” ini juga diisi dengan penampilan drama dari beberapa sanggar dari anggota Jamiyah Sastra. Ada tiga sanggar yang menunjukkan kebolehannya dalam hal adu akting di atas panggung. Tiga sanggar itu adalah BaCa TuLiS (Balairung Celotehan dan Tuturan Lisan Santri), Khatuliswa dan SanDhar (Santri Dharma).
Sebagai tambahan informasi, BaCa TuLiS adalah sanggar yang diisi oleh anggota kursus yang duduk di kelas I Tsanawiyah. Khatuliswa adalah sanggar yang dihuni santri kelas II Tsanawiyah. Adapun santri yang tengah menempuh pendidikannya di kelas III Tsanawiyah menghuni Sanggar SanDhar.
Baca Juga: Mu’allaqat; Media Sastra Terdahulu
Penulis: Muhammad Ilyas
Editor: Saeful Bahri bin Ripit
[…] menurut Syarif Hidayat Santoso (Kompas Jawa Timur, 2005) bahwa istilah “Sastra Pesantren” menunjuk pada setidaknya tiga pengertian: (1) Sastra yang hidup di pesantren (2) Sastra yang […]
[…] Baca Juga: Ngopi Sastra Bersama Jamiyah Sastra […]
[…] keuntungan dan manfaat mengikuti kegiatan ekstrakulikuler tersebut. “Jadi keuntungan kita ikut Jamiyah Sastra adalah para santri bisa menggeluti bakat dalam bidang kepenulisan, akting dan kesusastraan Islam” […]