Pakar hadis ini, berasal dari Padang, Indonesia. Beliau dilahirkan di Mekah, pada tahun 1917 M/ 1335 H dan tumbuh besar di tanah kelahiran Rasulullah ini. Semasa kecil, Yasin menimba ilmu kepada ayahnya, Syekh Muhammad Isa al-Fadani (Padang), kemudian kepada pamannya, Syekh Mahmud al-Fadani. Dua orang inilah yang memiliki peran besar dalam mengarahkan keilmuan Syekh Yasin. Madrasah Saulatiyyah Hindiyah merupakan tempat beliau mengais ilmu seusai berguru kepada ayah dan pamannya. Kemudian dilanjutkan di Darul Ulum ad-Diniyyah.
Ilmu periwayatan hadis merupakan disiplin ilmu pertama yang menjadi perhatian besar Syekh Yasin. Karenanya, selama setahun, ia menetapi muhaddis Haramain, Syekh Umar Hamdan al-Manshuri dan banyak membaca hadis kepadanya. Ia juga menetapi dan membaca banyak kitab kepada Muhammad Ali bin Husain al-Maliki.
Dalam bidang fikih, Syekh Yasin menimba ilmu kepada Syekh Umar Ba Junaid, Syekh Sa’id bin Muhammad al-Yamani, dan Syekh Hasan al-Yamani. Tiga tokoh tersebut merupakan pondasi awal bagi Syekh Yasin dalam kajian dunia fikih mazhab Syafii.
Tidak hanya itu, Syekh Yasin belajar beberapa disiplin ilmu kepada banyak ulama, di antaranya bidang ilmu Usul Fikih kepada Muhsin bin Ali al-Musawi al-Makki (Palembang), Abdullah Muhammad Gazi al-Makki (pakar sejarah), Ibrahim bin Dawud al-Gatani al-Makki (pakar bahasa dan sastra), Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki al-Makki, al-Muqri’ Syihabuddin Ahmad al-Mukhallalati asy-Syami al-Makki, Sayyid Muhammad bin Umayyah al-Kutbi al-Makki, al-Muammir Khalifah bin Hammad an-Nabhani al-Makki, Ubaidullah as-Sindi ad-Dinawi di Masjidil Haram, Ali al-Banjari, Kiai Baqir (Jogja), dan sederet ulama-ulama lainnya. Total guru Syekh Yasin kurang lebih 700 orang, yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Kemudian, Syekh Yasin menetap di Mekkah dan mengajarkan pelbagai disiplin ilmu di Masjidil Haram dan Darul Ulum ad-Diniyyah. Syekh Yasin yang memiliki perhatian khusus terhadap ilmu hadis. Pada setiap bulan Ramadan, selama kurang lebih lima belas tahun, rutin membacakan al-Kutub as-Sittah dan mengijazahkannya kepada orang-orang yang hadir.
Syekh Yasin juga termasuk ulama yang produktif. Tercatat beliau telah menulis kurang lebih 60 karya, di antaranya yang cukup fenomenal adalah Ad-Durrul Mandud fi Syarhi Sunan Abi Dawud dengan ukuran besar, 20 jilid, Bughyatul Musytaq Syarh Luma’ Abi Ishaq (2 jilid), dan Fathul Allam Syarh Bulughil Maram (4 jilid).
Atas kealiman dan produktifitasnya dalam mengarang kitab ini, Syekh Yasin banyak menuai pujian dari sejumlah ulama tingkat dunia, terutama murid-muridnya yang pernah mengaji langsung kepada beliau. Tak jarang di antara mereka yang mengarang syair khusus berisi pujian-pujian atas kehebatan Syekh Yasin. Syekh Ali Jumah menyebut Syekh Yasin sebagai Musnidud-Dunya, sementara Sayyid Segaf bin Muhammad as-Segaf menjuluki beliau sebagai Suyutiyyu-Zamanihi.
Syekh Yasin wafat menjelang subuh pada malam Jumat, 28 Dzul Hijjah tahun 1410 H. Jenazahnya disalati usai salat Jumat dan dikebumikan di pekuburan Ma’la, Mekkah.
Penulis: Muhammad Faqih
Editor: Muhammad Ilyas