Artikel

Rugi, Meninggalkan Shalat Berjemaah

Suatu ketika, Maimun bin Mahran bergegas menuju masjid. Sayangnya, jemaah shalat telah usai dan semuanya kembali ke rumah masing-masing. Kejadian ini membuat hati Maimun merasa bersalah seraya berguman, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, sungguh keutamaan shalat berjemaah lebih aku cintai daripada menjadi penguasa di Irak.”

Penyesalan Maimun bin Mahran ini tak lepas dari keutamaan shalat berjamaah. Nabi Muhammad bersabda, “Barang siapa yang shalat berjemaah selama empat puluh hari dan ia tidak pernah ketinggalan takbiratul ihram bersama imam, maka orang tersebut mendapat dua jaminan; yaitu bebas dari kemunafikan dan bebas dari siksa api neraka.”

Dikatakan bahwa saat hari kiamat tiba ada sekelompok kaum yang wajahnya bersinar layaknya bintang, malaikat heran dan bertanya, “Apa amal yang kalian kerjakan?” Mereka menjawab, “Ketika azan berkumandang kami bergegas untuk berwudu tanpa menyibukkan diri dengan kegiatan lain.”

Ada juga satu kelompok yang wajahnya bersinar seperti cahaya rembulan, malaikat bertanya, “Apa amal yang kalian kerjakan?” Mereka menjawab, “Kami berwudu sebelum masuknya waktu shalat.”

Terakhir, ada satu kaum wajahnya bersinar seperti matahari, malaikat bertanya, “Apa amal yang kalian kerjakan?” Mereka menjawab, “Kami menunggu azan berkukandang di dalam masjid.”

Diriwayatkan bahwa ulama salaf ketika tidak menututi takbir pertama bersama imam, maka mereka akan melakukan takziah selayaknya orang mati selama tiga hari dan jika mereka tidak melakukan salat berjemaah, maka akan ditakziahi selama tujuh hari.

Kitab Mukasyafatil-Qulub kadya Hujjatul Islam Abu Hamid al-Ghazali (Hal. 264)

Penulis: Muhammad Faqih
Editor: Muhammad Ilyas

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *