ArtikelUnggulan

Rebo Wekasan; Hukum Langkah Menyikapinya

Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa bulan Shafar sebagai bulan sial yang dipenuhi dengan musibah dan keburukan. Keyakinan ini, juga merambah di kalangan masyarakat Indonesia, meski awalnya merupakan anggapan atau keyakinan orang Arab Jahiliah. Hal yang kemudian mendapat respon dari Rasulullah saw.

Bulan Shafar sendiri adalah urutan kedua dari dua belas bulan dalam kalender Hijriah. Orang-orang terdahulu meyakini bahwa bulan Shafar adalah bulan yang sial. Bahkan sampai saat ini masih ada yang memiliki keyakinan bahwa bulan Shafar adalah bulan yang sial. Karena itu, saat Rebo Wekasan banyak orang yang berdoa untuk keselamatan serta kesejahteraan bersama. 

Kendati demikian, keyakinan itu jauh dari kata benar, sebab semuanya tidak pernah lepas dari takdir Allah ﷻ. Sehat atau sakit, musibah atau selamat, miskin atau kaya, semuanya dikembalikan pada kehendak Allah ﷻ. Begitu juga waktu, baik atau buruknya kembali kepada kehendak Allah ﷻ, bukan dengan ramalan atau perhitungan.

Dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari disebutkan:

لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ ….الحديث

“Tidak ada wabah (menular dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak ada thiyarah (sial karena sesuatu), tidak ada kemalangan karena burung hantu, dan tidak ada kemalangan karena bulan Shafar.” (H.R. Bukhari)

Hadits ini secara tegas menyatakan Rasulullah SAW menekankan bahwa segala sesuatu yang terjadi atas kehendak Allah ﷻ, bukan karena bulan atau tanda-tanda tertentu. Syaikh Abu Bakar Syatha ad-Dimyathi (w. 1302 H), mengatakan dalam kitabnya yang berjudul Hâsiyyah I’ânatuth Thâlibîn juz 3, bahwa hadits di atas ditujukan untuk menolak keyakinan dan anggapan orang-orang jahiliah yang memercayai setiap sesuatu dapat memberikan pengaruh dengan sendirinya; baik keburukan maupun kebaikan.

Kemudian, di dalam hadits qudsî Allah ﷻ juga berfirman:

يُؤْذِنِيْ اِبْنُ آدَمَ يَسُبُّ الدَهْرَ وَأَنَا الدَهْرُ, بِيَدِيْ الأَمْرُ أُقَلّبُ اللَيْلَ وَالنَّهَارَ (رواه البخاري ومسلم)    

“Anak Adam menyakiti-Ku karena mencela waktu atau masa. Padahal Aku-lah yang mengatur dan metetapkan waktu. Di tangan-Ku–lah segala urusan waktu. Aku yang membolak-balikkan malam dan siang.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Artinya, sandaran tawakal manusia hanyalah kepada Allah ﷻ. Akan tetapi, walaupun keseluruhannya kembali kepada Allah ﷻ, tidak semata-mata bagi setiap orang boleh bermaksiat seenaknya saja. Sebab, manusia tetap diwajibkan untuk ikhtiar dan berusaha agar terhindar dari segala musibah. Rasulullah ﷺ juga bersabda yang artinya:

“Janganlah unta yang sakit didatangkan pada unta yang sehat.”

Hadis ini secara tidak langsung memerintahkan kita agar senantiasa berikhtiar untuk terhindar dari segala musibah.

Shalat Rebo Wekasan 

Dalam kitab Kanzun-Najah was-Surur dijelaskan bahwa para ahli kaysaf menyatakan pada Rabu terakhir bulan Shafar, Allah menurunkan 32.000 balak ke dunia. Pada kebanyakan masyarakat, Rabu terakhir bulan Shafar disebut Rabu Pungkasan atau juga Rebo Wekasan. Berangkat dari penjelasan ini, terdapat ragam amalan yang dikerjakan dalam rangka tolak balak, baik dengan doa-doa tertentu bahkan dengan shalat.

Terkait dengan cara shalat tertentu, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama. Letak perbedaan pendapat shalat Rebo Wekasan terletak pada niatnya. Jika niat shalat Rebo Wekasan itu murni berniat shalat Rebo Wekasan maka hukumnya haram. Sebagaimana disampaikan:

وَلاَ يَحِلُّ اْلإِفْتَاءُ مِنَ الْكُتُبِ الْغَرِيْبَةِ. وَقَدْ عَرَفْتَ اَنَّ نَقْلَ الْمُجَرَّبَاتِ الدَّيْرَبِيَّةِ وَحَاشِيَةِ السِّتِّيْنَ لاِسْتِحْبَابِ هَذِهِ الصَّلاَةِ الْمَذْكُوْرَةِ يُخَالِفُ كُتُبَ الْفُرُوْعِ اْلفِقْهِيَّةِ فَلاَ يَصِحُّ وَلاَ يَجُوْزُ اْلإِفْتَاءُ بِهَا

 “Tidak boleh berfatwa dari kitab-kitab yang aneh. Anda telah mengetahui bahwa kutipan dari kitab Mujarrabât ad-Dairabiyyah dan Masâil Sittin yang menganjurkan shalat tersebut (Rebo Wekasan) bertentangan dengan kitab-kitab fikih, maka shalatnya tidak sah, dan tidak boleh berfatwa dengannya.”

Jika niat shalatnya adalah niat shalat sunah Mutlak atau shalat hajat, maka pelaksanaan shalat tersebut boleh-boleh saja.

Langkah Menolak Bala

Berdoa agar terhindar dari mara bahaya, di Rebo Wekasan hukumnya boleh, seperti doa dan lain sebagainya agar terhindar dari mala petaka. Tentunya, dengan tanpa meyakini hari itu sebagai hari yang pasti sial. Al-Imam Muhammad Abdur-Rauf al-Munawi, salah satu ulama ahli hadis berkata:

وَيَجُوْزُ كَوْنُ ذِكْرِ الْأَرْبِعَاءِ نَحْسٌ عَلَى طَرِيْقِ التَّخْوِيْفِ وَالتَّحْذِيْرِ أَيِ احْذَرُوْا ذَلِكَ الْيَوْمَ لِمَا نَزَلَ فِيْهِ مِنَ الْعَذَابِ وَكَانَ فِيْهِ مِنَ الْهَلَاكِ وَجَدِّدُوْا للهِ تَوْبَةً خَوْفًا أَنْ يَلْحَقَكُمْ فِيْهِ بُؤْسٌ كَمَا وَقَعَ لِمَنْ قَبْلَكُمْ.

“Boleh menyebut Rabu sebagai ‘sial’ dengan cara untuk memberi peringatan. Yakni, hindarilah hari itu, karena pada itu turun azab yang menyebabkan kebinasaan. Perbaharuilah taubat kepada Allah ﷻ, agar kamu tidak mengalami petaka seperti yang dialami kaum terdahulu.”

Namun demikian, memperbanyak sedekah, tentunya menjadi langkah paling ampuh dalam menolak balak. Rasulullah SAW pernah bersabda:

إِنَّ الصَّدَقَةَ لَتُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ وَتَدْفَعُ مِيتَةَ السُّوءِ

“Sesungguhnya sedekah itu meredamkan kemurkaan Tuhan dan menolak kematian yang buruk.” (H.R. at-Tirmidzi).

Dalam riwayat Ath-Thabrani juga disebutkan bahwa Rasulullah bersabda:

إِنَّ صَدَقَةَ الْمُسْلِمِ تَزِيدُ فِي الْعُمُرِ، وَتَمْنَعُ مِيتَةَ السُّوءِ، وَيُذْهِبُ اللَّهُ بِهَا الْكِبْرَ وَالْفَخْرَ

“Sesungguhnya sedekah seorang muslim akan menambah umur, menolak kematian yang buruk, dan dengannya Allah melenyapkan sifat takabur dan angkuh.” (H.R. Thabrani).

Dalam hadits yang lain, Rasulullah menyampaikan:

حَصِّنُوا أَمْوَالَكُمْ بِالزَّكَاةِ، وَدَاوُوا مَرْضَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ، وَاسْتَقْبِلُوا أَمْوَاجَ الْبَلَاءِ بِالدُّعَاءِ وَالتَّضَرُّع

“Perkuatlah harta kalian dengan zakat, sembuhkanlah orang sakit kalian dengan sedekah, dan hadapilah gelombang musibah dengan doa dan permohonan.” (H.R. Abu Daud dan Ath-Thabrani)

Hadits-hadits ini, sangat menekankan keutamaan sedekah dalam menangkal musibah. Ketika kita bersedekah dengan niat ikhlas, yakinlah Allah akan memberikan pahala yang besar dan melindungi kita dari musibah yang besar, karena sedekah mempunyai khasiat yang luar biasa dalam menangkal segala macam musibah. Imbangi dengan doa, memohon perlindungan kepada Allah dari segala mara bahaya.

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *