SejarahUnggulan

Keteguhan Abdullah as-Sinqithi Membela Akidah Aswaja

Alkisah, Raja Abdul Aziz, Penguasa Arab Saudi, mengumpulkan semua ulama yang ada di Arab Saudi. Ia kemudian mengajukan pertanyaan, “Bagaimana hukumnya istighatsah dengan orang yang sudah meninggal?”.

Para ulama yang hadir dibuat kebingungan, pasalnya jika mereka menjawab serentak “boleh” maka kepala mereka akan dipenggal. Akhirnya, para ulama sepakat menjawab, “Syirik (tetapi di dalam hati mereka bergumam, “menurut kamu”)”.

BACA JUGA:

Pemugaran Makam Sayyidah Maimunah yang Gagal

Alhamdulillah para ulama yang hadir tidak jadi dihukum mati. Beda halnya dengan Syekh Abdullah as-Sinqithi dengan keberanian yang membuncah demi membela akidah Aswaja, beliau datang dengan membawa kain kafan.

Syekh: “Wahai raja saya datang dengan kafan ini dan saya siap mati membela akidah yang benar bahwa hukum istighatsah kepada orang yang meninggal itu wajib.”
Raja: “Apa dalil perkataanmu itu?”
Syekh: “Setiap shalat kamu selalu meminta pertolongan kepada orang mulia yang telah wafat.”
Raja: “Tolong buktikan pernyataanmu itu”
Syekh: “Setiap shalat kamu pasti membaca ‘Assalamualaika Ayyuhan Nabiyu wa Rahmatullahi wa Barakatuhu’, apakah Nabi Muhammad tidak mendengar dan tidak menjawab?
Raja: “Betul, beliau pasti mendengar dan menjawab”.
Syekh: “Itulah dalilnya kita beristighatsah kepada orang yang sudah wafat.”
Raja: “Baiklah, kamu benar dan saya membaca itu.”

BACA JUGA:

Inilah Empat Peristiwa Penting di Bulan Syaban

Kemudian, Syekh Abdullah diperintahkan untuk pergi ke Mesir dengan diberi pembekalan uang sebesar 5000 dinar.

*) Kisah ini disadur dari ceramah K.H. Thaifur Mawardi, Pengasuh Ponpes Darut-Tauhid, Purworejo pada acara Isra Mikraj 1445 H di Pondok Pesantren Sidogiri.

Penulis: Muhammad Faqih
Editor: Muhammad Ilyas

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *