ArtikelHikayat

Pernikahan Dua Insan yang Mulia

Pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Sayidah Khadijah binti Khuwailid merupakan salah satu momen penting dalam sejarah Islam. Pernikahan ini tidak hanya menunjukkan hubungan pribadi yang harmonis, tetapi juga memiliki implikasi sosial dan ekonomi yang mendalam, serta berperan besar dalam perjalanan dakwah Nabi Muhammad.

Sayidah Khadijah adalah seorang janda kaya yang berasal dari suku Quraisy. Ia dikenal sebagai seorang pebisnis yang sukses dan terhormat. Kehidupan Khadijah sebelum menikah dengan Nabi Muhammad dipenuhi dengan prestasi bisnis dan kepribadian yang kuat. Ia sering mempekerjakan para pedagang untuk menjual barang-barangnya, termasuk Nabi Muhammad, yang pada saat itu baru berusia 25 tahun.

Nabi Muhammad dipekerjakan oleh Khadijah untuk membawa barang dagangannya karena Sayidah Khadijah telah mendengar kabar akan kejujuran, kecerdasan, dan kepiawaian Nabi Muhammad.

Keberhasilan Nabi Muhammad dalam perjalanan dagang tersebut menarik perhatian Khadijah. Ia mendengar tentang kejujuran, kehandalan, dan integritas Muhammad, yang dikenal dengan julukan Al-Amin (yang terpercaya) melalui Maisarah langsung. Setelah kembali, Sayidah Khadijah merasa terkesan dan mengagumi sifat-sifat Nabi Muhammad.

Setelah merasa yakin dengan karakter Nabi Muhammad, Sayidah Khadijah memutuskan untuk melamar Nabi. Ia mengirimkan temannya, Nafisa, untuk menyampaikan niatnya kepada Nabi Muhammad.

Pernikahan beliau berdua dilaksanakan pada bulan Rabiuts Tsani. Nabi Muhammad dan Khadijah dikaruniai enam orang anak: Zainab, Ruqayyah, Ummu Kulthum, Fatimah, Qasim, dan Abdullah. Semua putra Nabi meninggal saat masih kecil, sedangkan putri-putrinya tumbuh besar hingga masuk Islam. Sayidah Fatimah adalah satu-satunya putri Nabi yang masih hidup sepeninggal Nabi, yaitu 6 bulan setelahnya.

Sayidah Khadijah memainkan peran penting dalam mendukung dakwah Nabi Muhammad. Ketika Nabi pertama kali menerima wahyu di Gua Hira, beliau merasa ketakutan dan cemas. Sayidah Khadijah menjadi orang pertama yang membenarkan pengalaman spiritualnya dan memberinya dukungan emosional. Ia juga memperkuat kepercayaan Nabi Muhammad dengan mengajak beliau untuk menemui Waraqah bin Nawfal, yang memberikan pengakuan tentang wahyu yang diterima.

Pernikahan Nabi Muhammad dengan Sayidah Khadijah adalah contoh hubungan yang harmonis dan saling mendukung. Mereka berdua menunjukkan bahwa cinta dan kemitraan dapat membawa keberhasilan, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam misi yang lebih besar. Warisan Sayidah Khadijah sebagai istri dan pendukung Nabi Muhammad terus dikenang dan menjadi inspirasi bagi umat Muslim di seluruh dunia.

(Rahiq al-Makhtum, Shafiyur Rahman al-Mubarakfuri, hlm. 40)

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *