Daurah Ilmiah: Sikap Aswaja Hadapi Sekte Menyimpang
Malam Selasa (09/12), Pondok Pesantren Sidogiri menerima kunjungan Syekh Anas Muhammad ‘Adnan as-Syarfawi dan Syekh Mar’i Hasan ar-Rasyid asal Suriah. Berlokasi di Masjid Jami’ Sidogiri, kunjungan ini dibingkai dengan daurah ilmiah bertema “Sikap Ahlussunah wal Jama’ah Menghadapi Aliran-Aliran Menyimpang”. Daurah dihadiri oleh segenap anggota Kuliah Syariah, sebagai peserta.
Membuka jalannya acara, Kepala Lembaga Pengajaran Bahasa Arab dan Asing (LPBAA), Ust. Mahbub Shonhaji menyambut para tamu mulia dengan menyampaikan sekilas profil dan sejarah berdiri Pondok Pesantren Sidogiri.
Sementara Syekh Mar’i Hasan ar-Rasyid, memulai acara daurah dengan menghimbau agar para peserta mempersiapkan diri dengan baik untuk menyimak materi yang disampaikan oleh Syekh Anas Muhammad ‘Adnan as-Syarfawi.
“Hendaknya kita membuka pintu hati terlebih dahulu untuk ilmu-ilmu agama, sebelum membuka telinga untuk mendengarkannya,” terang ulama kelahiran Syam tersebut.
Selanjutnya, Syekh Anas Muhammad ‘Adnan as-Syarfawi mengatakan bahwa umumnya Ilmu Fikih dibagi menjadi dua elemen; Fikih Ibadah dan Fikih Akidah. Menurutnya, Fikih Akidah harus didahulukan mengingat pembahasan yang diulas merupakan keimanan atas ketuhanan.
Lebih lanjut, ulama kelahiran Damaskus tersebut menjelaskan beberapa komponen penting mengenai pembahasan akidah, seperti definisi Ahlul-Qiblat, Ahlul-Bid’ah wal Ahwa’, dan Ahlussunah wal Jama’ah.
Baca Juga: Seminar ACS: Ilmu Agama Tidak Layak Dipelajari Otodidak
Mengutip keterangan dalam kitab al-I’tiqād wal Hidayah Ilā Sabīlir-Rasyād karya Imam Abu Bakar Ahmad al-Baihaqi, Syekh Anas menjelaskan bahwa Ahlul-Qiblat adalah setiap individu yang meyakini keesaan Allah. dan Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya. Mengimani kehalalan barang yang dihalalkan, dan keharaman perilaku yang diharamkan. Hal ini senada dengan sabda Nabi yang termaktub dalam Shahīh Bukhāri dan Muslim.
Syekh Anas menyimpulkan bahwa Ahlul-Bid’ah wal Ahwa’ merupakan bagian dari Ahlul-Qiblat yang masih dianggap muslim dan tidak kekal di neraka. Hanya saja, mereka dianggap berdosa karena mengimani keyakinan yang menyalahi Ahlussunah wal Jama’ah.
Di sisi lain, untuk menjelaskan keistimewaan Ahlussunah wal Jama’ah, Syekh Anas menceritakan respon Imam as-Syafi’i ketika dihadapkan oleh pertanyaan mengenai mana yang kebih baik antara Sunni yang kerap melakukan dosa besar dan Ahlul-Bid’ah yang menjauhi perbuatan dosa.
“Imam as-Syafi’i meyakini lebih utama hamba yang bertemu Allah walau berlumuran dosa besar daripada mereka yang bertemu Allah setelah berburuk sangka pada-Nya,” jelas Syekh Anas mengutip keterangan dalam kitab Manāqibus-Syāfi’i.
“Karenanya, jika dihadapkan pertanyaan mengenai status Khawarij, Syiah, Mur’jiah, Mujassimah maka jawablah bahwa mereka adalah muslim dan tetap akan masuk surga (tidak kekal di neraka),” lanjut beliau.
Sebelum diakhiri dengan pembacaan doa oleh Syekh Anas, acara diselingi dengan tanya-jawab yang disambut antusias oleh para peserta daurah.
Penulis: A. Kholil
Editor: Fahmi Aqwa