Lembaga Psikologi dan Bimbingan Konseling (LPBK) mengadakan pelatihan psikologi bagi staf pengajar Idadiyah dan Ibtidaiyah, Jum’at (13/06). Pelatihan ini dilangsungkan di Ruang Auditorium Kantor Sekretariat. Turut hadir dalam kesempatan ini Kepala Madrasah MMU Idadiyah, Ust. Abd. Rohim dan Mas M. Syamsul Arifin Munawir, M.Psi, M.H, Psikolog, Kepala LPBK yang juga bertindak sebagai pemateri pada pelatihan ini.
Para peserta pelatihan adalah seluruh wali kelas Shifir dan kelas 1 s.d. 4 Ibtidaiyah, yakni para pengajar yang menangani santri yang belum menginjak masa remaja.
Pada sesi sambutan, Wakil IV LPBK, Ust. Saifuddin, mewanti-wanti agar para peserta menyimak dengan seksama penjelasan pemateri agar dapat memahami secara utuh dan bisa mengaplikasikan saat mengajar di kelas masing-masing.
Sementara itu, Ust. Abd. Rohim, Kepala Madrasah Idadiyah menyambut baik pelatihan yang diadakan oleh LPBK ini, sebab rata-rata pengajar kelas Shifir terbilang baru. Beliau juga berharap para pengajar dapat mengaplikasikan segala ilmu yang didapat dari pelatihan ini.
“Saya harap setelah mengikuti pelatihan ini, para guru bukan hanya masuk kelas untuk mengajar, tetapi juga mendidik dan membimbing akhlaq murid. Guru merupakan penggerak utama berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar di kelas,” ungkap Ust. Rohim.
Mengawali pembahasan, Ust. Mas M. Syamsul Munawir, M.Psi, M.H, Psikolog, menekankan dua hal penting dalam pendidikan anak. “Mendidik Anak dengan Kasih Sayang dan Disiplin,” tuturnya. Beliau menyampaikan bahwa dalam mendidik anak harus disertai dengan dua elemen ini. Kasih sayang saja akan membuat anak menjadi manja, sedang disiplin saja akan membuatnya tidak betah berada di pondok.
Usia juga menjadi faktor dalam menentukan cara mendidik. Berdasarkan rata-rata usia murid kelas Shifir sampai kelas 4, murid terbagi menjadi 2 kelompok, yakni murid yang berada di fase kanak-kanak akhir dan murid di fase remaja.
Lalu, pria yang akrab dipanggil Mas Syamsul ini memberikan cara-cara menghadapi santri yang berada di fase kanak-kanak akhir. “Pada fase ini, sebaiknya anak diperbolehkan untuk melakukan apa pun asalkan tidak melanggar norma agama, adat-istiadat, dan hukum negara. Sambil kita memberi pengarahan serta pengawasan karena pada fase ini anak mudah terpengaruh,” ucap Kaprodi Psikologi Islam di STAI Sidogiri ini.
Untuk anak yang berada pada fase remaja, Mas Syamsul menganjurkan untuk menghadapinya dengan cara yang bersahabat dan mengayomi. Normalnya, remaja mudah sekali stres dan selalu memandang masalah kecil sebagai masalah besar.
“Peran kita sebagai guru, ketika menghadapi murid yang ada di fase remaja adalah menjadi sahabat yang bisa menemani dan mengayomi,” tutur staf pengajar MMU Aliyah tersebut.
Mas Syamsul juga memberikan beberapa cara pendekatan pada anak, di antaranya ialah pendekatan kekuasaan yang bersifat tegas, pendekatan ancaman ketika terdapat murid yang sulit diatur, pendekatan sosio-emosional yang lebih menekankan permainan emosi, dan beberapa pendekatan lain.
Acara kemudian ditutup dengan sesi tanya jawab. Pada kesempatan ini, banyak para peserta yang bertanya mengenai situasi kelas yang dihadapi serta solusi yang tepat untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Penulis: Moh. Syauqillah
Editor: Fahmi Aqwa