Menyambut datangnya tahun baru Islam 1438 Hijriah, Pondok Pesantren Sidogiri menggelar pengajian umum pada malam Ahad (02/10). Acara yang bertempat di Lapangan MMU as-Syuyuti ini dimotori oleh Ikatan Santri Sidogiri (ISS) Konsulat Malang dan Bondowoso.
Habib Mahdi bin Hasan Al Haddar dari Banyuangi, hadir sebagai pembicara dalam acara rutinan tersebut. Hadir pula segenap Pengurus Harian, Pengurus Pleno, asatidz, semua santri dan murid, serta undangan.
Beliau menuturkan peringatan tahun baru Islam ini, mengisyaratkan bahwa umat Islam itu perlu bangga dengan budaya tersendiri. Tidak perlu membebek pada budaya barat. Setidaknya gunakanlah bulan Hijriah sebagai pijakan dalam berbagai moment dalam tatanan kehidupan.
“Semisal dalam menamai anak yang lahir di bulan Syawal, ya kasih nama Fitria. Janganlah merujuk pada bulan masehi yang dipakai oleh orang barat seperti anaknya yang lahir di pada bulan Januari, malah dinami Juari,” ujarnya mencontohkan yang diikuti dengan gelak tawa hadirin.
Menurutnya, walaupun umat islam tidak mengikuti ajaran kitab mereka secara langsung, akan tetapi jika masih mengikuti gaya hidup mereka maka secara otomatis kita beriman pula kepada kitab mereka. “Oleh karenanya kita harus bangga menggunakan kalender Hijriah. Yang hal ini merupakan perjuangan dari Sayyidina Umar bin Khattab dalam memprakasi kalender Islam,” tandasnya.
Bahkan beliau menegaskan untuk menjadikan pergantian tahun ini sebagai memontum meningkat ibadah dan rasa muhabbah kita kepada Allah. “Di tahun baru ini kita sebagai umat muslim harus lebih meningkatkan cinta kita kepada Allah dan Nabi Muhammad dengan mentaati dan menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya.”
Lebih lanjut angota Mustasyar NU Banyuangi ini mengingatkan hidup kita di dunia amatlah singkat jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat. 1000 tahun dunia sama dengan 1 hari akhirat. Maka dari itu, jadikanlah cerita hidup kita menjadi cerita yang baik untuk dikenang oleh siapapun, karena dijelaskan dalam pepatah Arab:
“Wahai anak adam, kalian telah dilahirkan dalam keadaan menangis dan orang-orang disekelilingmu tersenyum, maka berjuanglah agar disaat hari kematianmu engkau tersenyum bahagia, dan orang-orang disekitarmu menangis sedih karena kehilanganmu,” ucapnya.
Di akhir mauidhohnya, beliau mengajak untuk manfaatkan waktu singkat ini sebaik baiknya untuk mencapai khusnul khotimah. Janganlah kita menjadi orang yang merugi, ibarat orang yang pergi ke pasar dan pulang tanpa membawa apapun.
“Hidup di dunia itu sangatlah singkat maka carilah barang yang halal dan jangan lupa banyak berdzikir kepada Allah yang nantinya akan menjadi bekal kita di akhirat nanti.” harapnya.[]
===
Penulis : Saifuddin
Editor : Muh Kurdi Arifin