Dahulu kala, saat pasukan Islam dapat menaklukkan negara Spanyol, banyak orang-orang Islam dari Arab hidup membaur dengan penduduk Spanyol. Mereka saling menghargai satu sama lain hingga seakan-akan mereka satu saudara meski beda Agama.
Suatu hari seorang pemuda dari Spanyol terlibat percekcokan dengan pemuda dari Arab. Percekcokan kian sengit sampai-sampai beradu kekuatan. Saat pemuda Arab lengah, pemuda Spanyol menarik belati dari pinggangnya dan dihunuslah pemudahingga membuatnya jatuh terkulai. Saat menyadari apa yang dia perbuat, pemuda Spanyol ketakutan. Dia pun berlari menjauh hingga tanpa terasa dirinya masuk kedalam pelataran rumah yang megah. “Ada apa wahai anak muda, kelihatannya wajahmu pucat”, pemuda Spanyol kaget. “Tolonglah aku tuan, nyawaku dalam keadaan terancam, tadi aku membunuh seseorag di hulu sana” pinta pemuda Spanyol memelas. “Masuklah wahai anak muda, insyaallah kamu akan aman di sini” jawab tuan rumah. Dia pun mengantarkannya ke dalam kamar. “Berada di sinilah dulu, tunggu keadaan membaik. Jika kamu membutuhkan sesuatu mintalah kepada pelayan”. kemudian sang tuan rumah keluar dari kamar.
Tak lama kemudian, terdengar keributan di depan rumah. Ketika pemuda Spanyol mengintip dari cendela, dia terperanjat. Terlihat banyak orang disana sedang berduyun-duyun mengangkat mayat. Terdengar tangisan-tangisan yang menyayat hati. Sang pemuda Spanyol bertanya pada salah satu pelayan yang kebetulan melintas perihal yang terjadi di luar. “Putra majikan saya dibunuh oleh pemuda Spanyol, meraka datang untuk mengantarkan jasadnya. Sedangkan orang-orang yang menangis adalah istri putra majikan saya dan putra-putranya”. Dada pemuda Spanyol kian bergemuruh, dengan setengah gemetar dia bertanya tentang ciri-ciri putra tuan rumah. Pelayan tadi menjelaskan ciri-cirinya dengan secara lengkap. Sontak semua badannya melemas. Dia lalu menyuruh pelayan itu untuk meneruskan pekerjaannya.
Saat semua sudah jelas, pemuda Spanyol pasrah tantang apa yang akan di hadapinya. Badannya semakin gemetar tatkala dia mendengar suara kaki melangkah mendekati kamar yang dia tempati. Ketika pintu di buka, pemuda Sepayol bersujud di kaki sang tuan rumah sambil memohon belas kasihnya. “Berdirilah wahai anak muda. Aku sudah mengetahui bahwa engkau yang telah membunuh putraku. Tapi kamu adalah tamuku, apalagi aku sudah memberi jaminan keselamatan padamu. Wahai anak muda aku telah menyiapkan kendaraan lengkap dengan perbekalannya, pergilah kamu sejauh mungkin dari sini sebelum ada yang mengetahuimu”. Lalu diantarnya pemuda Spanyol tadi melewati jalan rahasia.
Pemuda Spanyol mengendarai kendaraannya dengan cepat. Dia sangat menyesali segala perbuatannya. “Sungguh, betapa mulianya hati orang Islam” renungnya. “Mereka pantang menghianati janji, di depan keadilannya mereka tidak pernah menganiaya siapapun termasuk yang tidak seiman”. tak terasa air matanya mengalir membasahi seluruh isi hatinya.
/Tafaqquhat