Penulis: Ali Imron*
Beberapa hari yang lalu, Bapak Jokowi menghadiri acara peresmian Tol Ngawi-Kertosono. Uniknya, bukannya menggunakan kendaran berplat RI 1 (Mercedez-Benz S600 Pullman Guard) yang memiliki kapasitas 6.000 cc, Jokowi justru naik truk! Mobil dinasnya yang seharga Rp. 6.1 Miliar (www.vebma.com) dengan kecanggihan luar biasa itu tidak dia gunakan.
Tak tanggung-tanggung, keunikannya ini tidak hanya menyita waktu rakyatnya di Indonesia, tapi juga Fuso Japan: anak perusahan Mitsubishi yang memproduksi mobil box dan truk yang paling laku di Indonesia. “Di negara lain, presiden naik mobil mewah, di Indonesia, presidennya naik FUSO Canter,” tulis akun Fuso Japan, pada 21 April 2018. Tampaklah bahwa presiden kita tidak hanya diapresiasi rakyatnya sendiri, tapi juga peruasahan asing. Benar-benar luar biasa! Luar biasa? Tunggu dulu, yang harus diingat, saat ini adalah gencar-gencarnya kampanye!
Jika saya katakan bahwa media masa di luar sana bisa dipesan, dibeli, dan dikontrak layaknya lonte-lonte di pelacuran, apakah Anda percaya? Jika percaya, maka Anda tak perlu meneruskan membaca tulisan ini, karena Anda termasuk golongan orang-orang yang la raiba fihi. Namun jika Anda tak percaya, maka sudah semestinya Anda sadar, banyak sekali tayangan-tayangan di televisi, media cetak maunpun media online, yang selalu mengkampanyekan calon-calon tertentu. Hal ini memang wajar terjadi, dan bisa dibilang rata pada setiap calon. Bedanya, ada yang memang bersih mengampanyekan calon pemesan tanpa menjelekkan calon lain, ada juga yang dipesan untuk menurunkan elektabilitas kandidat lain. Pengakuan pedangdut sekaligus pendukung Ahok: Gebby Vesta, yang sebenarnya juga mewakili pendukung lain, bahkan juga team sukses Jasmev (Jokowi Ahok Social Media Volunteer) mungkin cukup membuktikan semua itu.
Gebby mengaku sendiri bahwa dirinya dibayar untuk melakukan penghinaan terhadap ulama–teruma Habib Rizieq dengan FPInya, dan memecah-belah umat Islam (sberita.id dan kaskus.co.id). Tujuannya tentu sebagaimana permintaan pemesan, menaikan ratting-nya sendiri, dan merusak reputasi orang lain. Pengakuan ini dia ungkapkan ketika dirinya dipidanakan karena telah mencemarkan nama baik ulama. Video pengakuannya ini diunggah oleh chanel Youtube BERITA 212.
Belajar dari ketidakmurnian para calon di saat kempanye, sudah seharusnya kita tidak menerima berita apapun sebelum mengkajinya dengan matang. Termasuk masalah Facebook yang katanya hendak diblokir, dan gerakan #2019GantiPresiden yang hingga sekarang masih banyak diperdebatkan dan didiskusikan. Berbagai macam sensasi memang sering dibuat untuk melakukan manuver politik. Hati-hati.
*Pimpinan Redaksi Majalah Istinbat