Pemilu menempati tempat yang penting dalam setting negara demokrasi, terlebih untuk ukuran Indonesia yang masih belajar. Setiap mendekati masa-masa pemilihan kepala daerah, pemilihan presiden, atau bahkan pemilihan kepala desa sekalipun, perebutan suara seakan menjadi hal yang pasti terjadi. Juru kampanye mulai dari tingkat elite sampai tingkat akar rumput berkoar-koar dalam mempromosikan ‘junjungannya’. Tentunya kejadian ini merupakan peristiwa yang sangat wajar, mengingat sistem pemerintahan di negara kita menggunakan konsep demokrasi; dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Disini rakyat menjadi motor utama dalam menentukan nasib negara beberapa tahun mendatang.
Akan tetapi, persaingan dalam perolehan suara inilah yang berpotensi memunculkan keretakan sendi persatuan dan kedamaian di tengah masyarakat. Karena bagaimanapun, seorang jurkam pasti akan menempuh berbagai macam cara untuk memperoleh suara terbanyak. Entah itu melalui jalan yang benar ataupun tidak. Disinilah ‘bhineka tunggal ika’ kita benar-benar diuji. Persatuan dan kesatuan kita benar-benar mendapat tantangan. Adalah sebuah keniscayaan, setiap orang memiliki pendapat maupun pilihan yang berbeda-beda. Juga merupakan kewajaran jika setiap orang membanggakan apa yang dimiliki dan disukai. Asalkan perbedaan-perbedaan itu tidak menimbulkan perpecahan. Justru perbedaan itulah yang nantinya menjadikan kehidupan berbangsa dan bernegara ini lebih berwarna.
Sungguh sangat menggelikan apabila hanya gara-gara berbeda pilihan dalam siapa calon yang dipilih, satu orang dengan yang lain saling menjelekkan dan bermusuhan. Padahal, jika kita teliti lebih jeli, tokoh-tokoh yang maju dalam ajang-ajang politik justru akur-akur saja. Entah kalah, entah menang itu semua tak sampai menimbulkan permusuhan yang berarti. Justru rakyat-rakyat kecillah yang sering terprovokasi sehingga saling tonjok antara satu dengan yang lain.
Andai saja keakuran, saling menghargai dan menghormati pendapat orang lain ditampakkan oleh setiap pemimpin-pemimpin negeri, maupun masyarakat secara umum, alangkah indahnya kehidupan bangsa ini. Diantara pemimpin bangsa tidak ada rasa sakit hati dan dendam yang terus menerus terpendam, begitu pula para masyarakat pemilih. Ketika masa pemilihan selesai dan hasilnya sudah ditetapkan, tak lagi ada caci maki, tonjok sana-tonjok sini, maupun kabar-kabar miring yang justru memancing runtuhnya persatuan. Kedamaian akan terjadi jika masing-masing pihak saling memaklumi, memaafkan, dan memprioritaskan rasa persatuan dan kesatuan. Dan itulah yang kita butuhkan saat ini. Semangat persatuan demi keutuhan NKRI dan demi Indonesia yang lebih baik. Sekali lagi, perbedaan merupakan hal sangat lumrah dan harus dimaklumi. Bukankah pelangi itu indah karena warnanya yang berbeda-beda?
Penulis: Ahmad Sabiq Ni’am*
*Penulis adalah mantan reporter Kabar Ikhtibar yang sedang menjalankan tugas wajibnya dipulau seberang.