Artikel

Pesantren atau Pesar Trend

Mondok, atau yang kita kenal dengan sebutan nyantri, adalah sebuah perbuatan yang tiada tara, yakni mengembara ilmu di pesantren.
Pesantren tidak sama dengan pasar trend. Di sana para santri mengais ilmu manfaat lagi barokah. Bukan malah memborong barang-barang mewah. Jadi, sangat tidak nyambung, jika seorang santri pulang dengan membawa kado berupa pameran harta, bukan malah oleh-oleh akhlaqul-karimah.
Kita—sebagai santri—jangan campur adukkan hadiah dari pesantren dengan dari pasar trend. Kita memiliki hadiah dua J yang spetakuler, dengan keduanya semua akan berubah. Yakni jaim (jaga image) dan jihad.
Image santri bagaikan berlian. Keduanya sama-sama tak mudah didapatkan. Betapa bodoh kita jika mendapatkannya malah ditelantarkan. Kita harus menjaganya sebaik mungkin. Dengan cara amalkan ilmu yang didapat, serta lakukan apa yang kita lakukan di pesantren.
Dengan itu, kita dapat menyegel image kita dengan rapat. Respon masyarakat sekitar pun juga akan lain kepada kita. Sehingga hadiah dari pesantren sangalah nampak. Sungguh rugi orang yang pergi ketempat yang agung tapi tak berbuah secuil biji pun.
Selain itu, kita harus berjihad. Menebak isi kado kedua ini tidaklah mudah. Lebih dari 70% telah salah kaprah menafsirinya. Karena sudah menjadi kebiasaan (kaprah) maka kesalahan itu dianggap kebenaran.
Kado kedua ini memiliki arti i’lau-kalimatil-lah (menjunjung tinggi agama). Jihad di sini tidak sedikit pun berbau ekstrim, sebagai mana yang telah masyhur. Malah esensi sebenarnya ialah menyebarkan ilmu kita.
Kata ‘menyebarkan’ disini tidak harus bermakna mengajar, bahkan penafsiran kata ini sangatlah luas. Mulai dari mengajak masyarakat mencari ilmu di pesantren salaf, hingga menyadarkan orang berandalan.
Jadi, semua santri bisa berjihad. Bukankah Tuhan tak akan memaksa hambanya akan perkara yang tidak ia mampu? Bukankan Rasulullah SAW menurunkan titah sesuai kemampuan umatnya? Ingat, Islam itu sudah mudah, jangan dipermudah lagi!
Sangat jelas, virus utamanya adalah malas, bukan tidak mampu. Coba kita putar otak kita berkali-kali. Sangat rugi orang yang memilih kenikmatan sementara dari pada yang abadi.
Maka dari itu, ayo kita semarakan oleh-oleh kita dari pesantren. Tandingilah mereka yang dari pasar trend. Bukan malah kita ikut serta meramaikannya.
Sungguh aneh santri yang berbau pasar. Sama halnya penjual minyak berbau ikan. Padahal hadiah dari pesantrenlah yang diharapkan. Bukan malah trend-trenan di jalanan. Mengingat nilai seorang santri tak tertandingi. Mulai dari sopan-santunya hingga ibadahnya yang indah.

Abdullah el-Kaukaby

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *