Berita

Habib Taufiq as-Segaf: Perumpamaan Orang yang Berbuat Dosa Untuk Taubat Setelahnya

Malam Jumat (03/01) Pengajian Kitab Hikam karya al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad yang disampaikan oleh al-Habib Taufiq bin Abdul Qadir as-Seggaf sudah sampai pada pembahasan tentang perumpaan orang yang berbuat dosa untuk bertaubat setelahnya.

Bertempat di lantai I Masjid Jami’ Sidogiri ini, pengajian beliau tidak pernah sepi. Untuk tadi malam saja walau hawa dingin sehabis hujan, santri Sidogiri yang tidak ada halangan menyempatkan hadir dan memenuhi lantai I masjid.

Dalam pembahasan tentang ini, al-Habib Taufiq terlebih dahulu memaparkan maksud dari ibarat kitab Hikam Habib Abdullah ini.

Perumpaan orang yang ingin berbuat dosa dengan niatan akan melakukan taubat setelahnya bagaikan orang yang mengotori badannya atau pakaiannya agar nanti bisa dibersihkan. Jadi, ada orang punya baju bersih, kemudian menumpahkan kotoran pada baju itu agar nanti dibersihkan. Hal seperti itu seharusnya tidak patut dilakukan. Seharusnya yang benar itu adalah menjaga diri semampunya agar tidak kotor. Baru nanti kalau tidak sengaja terkotori karena lupa, maka ada kewajiban untuk membersihkannya seketika itu.

“Ada orang bersih bajunya, bersih badannya, lalu dia berkata ‘ayo mumpung bersih kita kotori saja, nanti kita bersihkan’. Ini orang gak waras, ini bukan perbuatan orang yang berakal tapi perbuatan orang yang gak waras”, terang beliau mencoba memberi pemahaman tentang perumpaan orang yang berbuat dosa dengan orang punya baju tapi sengaja dikotori agar nanti dibersihkan.

Beliau, al-Habib Taufiq juga mengumpamakan dengan orang yang punya baju baru, lalu disobek dengan sengaja agar bisa dijahit. Hal itu menurut beliau sebagaimana yang tertulis dalam kitab Hikam bahwasannya hal semacam itu seharusnya tidak dilakukan oleh orang yang berakal. Kalau nanti memang baju baru itu tidak sengaja sobek, maka perlu dijahit. Hal tersebut sama saja dengan ketika melakukan taubat. Orang taubat itu terjadi kalau ada orang sudah menjaga diri agar tidak maksiat, ternyata akhirnya terjerumus karena godaan Setan atau hawa nafsu, maka taubat di sini adalah harus dilakukan seketika. Bukan malah merencanakan maksiat dengan maksud akan melakukan taubat setelahnya.

Beliau memperingatkan agar tidak meremehkan dosa, karena bisa saja dari sifat meremehkan itu mengakibatkan dosa jadi tidak terampuni. Karena itu menunda untuk taubat merupakan pasukan Iblis.

“Jangan ikuti penundaan-penundaan perbuatan baik itu sampai menunggu esok hari, mungkin saja esok hari datang kita sudah di liang lahat”, kata beliau untuk mengingatkan tentang bahaya menunda-nunda amal baik.

Langkah untuk sampai kepada Allah atau wushul ila Allah adalah berubah atau bertaubat dengan sebenar-benarnya kembali kepada Allah. Baru kemudian bisa memperbanyak amal-amal baik. Hal ini yang telah dicontohkan oleh Syaikhu Thariqah dalam pengajarannya. Demikian itu dijelaskan oleh Habib Taufiq dengan tegas agar para hadirin yang mayoritas santri aktif itu agar mendahulukan taubat sebelum meningkatkan amal bagus.

_______________________

Penulis : Musafal Habib

Editor   : Saeful Bahri bin Ripit

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *