BeritaInstansi

Seminar UKPI, Soroti Israiliyat dalam Tafsir

Unit Kegiatan Pengembangan Intelektual (UKPI) kembali menggelar seminar ilmiah dengan mengusung tema “Syubhat Israiliyat; Diskursus Dalil Israiliyat dan Tanggapannya”, Selasa (13/08). Acara ini digelar di gedung Sidogiri. Crop Lt. III.

Panitia menghadirkan K.H. Ma’ruf Khazin, Direktur Aswaja NU Center Jawa Timur, sebagai pemateri pada seminar kali kedua ini. Beliau diundang untuk menjelaskan tema seminar di hadapan 300 lebih dari seluruh anggota jurusan Tafsir Hadis, Forum Kajian (FK) Tafsir, Hadis, dan Sejarah.

Kiai Ma’ruf, sapaan akrab beliau, menyampaikan bahwa dalam kajian syubhat israiliyyat ulama mengklasifikasikan dalam tiga tingkatan. “Ada ulama yang sangat ketat seperti Imam Baihaqi, ada yang sedikit longgar seperti Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, dan bahkan ada yang menerima begitu saja secara total,” ujar Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Suramadu ini.

Pria yang bermukim di Surabaya ini juga menyajikan beragam referensi dalam kajian kali ini. Beliau mengutip Mukaddimah Ibnu Khaldun terkait sejarah masuknya unsur israiliyat dalam khazanah Islam, yang menurut Ibnu Khaldun ulama terdahulu sangat berpegangan pada metode riwayat. “Pengaruh israiliyat masuk dalam literasi Islam karena terkontaminasi oleh orang-orang Yahudi yang masuk Islam kemudian terjadilah dialektika antara kaum Muslim dengan Yahudi yang masuk Islam,” jelas alumni al-Falah Ploso ini.

Sorotan penting yang beliau tekankan, bahwa semua ulama menilai riwayat israiliyat tidak bisa diterima jika itu dalam ranah hukum dan akidah, hal inilah dalam hemat beliau tidak ada ruang untuk ditoleransi. “Kalau ada tafsir-tafsir berbau israiliyat, bila itu benar maka boleh diterima dengan syarat sebagai penguat dan harus dari kalangan tabiin yang tsiqah, ini menurut Ibnu Katsir. Sedangkan yang harus ditolak adalah terkait kebohongan. Namun, merujuk pada riwayat Bukhari, Nabi Saw pernah juga sedikit longgar hingga beliau berpesan untuk tidak terlalu memercayai secara keseluruhan atau sebaliknya,” simpulnya.

Penulis: Muhammad Faqih
Editor: Muhammad Ilyas

Shares:
Show Comments (1)

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *