Orang Yahudi di Madinah telah mengetahui kabar akan kedatangan Nabi Akhir zaman. Oleh karenanya, mereka sudah mempersiapkannya sejak lama, dengan tinggal, dan menetap di Madinah. Hal ini telah mereka ketahui dari kitab suci mereka.
Namun sayangnya, saat mereka menyadari bahwa Nabi akhir zaman bukan berasal dari golongan mereka, banyak diantara mereka yang mengingkarinya. Hal ini terbukti dari ungkapan mereka kepada Abdullah bin Salam, salah satu pemuka Yahudi yang sudah masuk Islam.
Abdullah bin Salam pernah menceritakan kisah awal mula ia memeluk agama Islam. Hal itu bermula dengan pertemuan pertamanya bersama Baginda Nabi. Kedatangan Baginda di Madinah yang disambut oleh orang Muhajirin, dan Anshar, tidak luput dari pengawasan Abdullah bin Salam. Ia turut ikut dalam kejadian itu. Ia berkisah, “Ketika Rasulullah datang ke Madinah, semua orang berkumpul, dan aku termasuk di antara mereka. Ketika wajah Nabi terlihat jelas, aku bisa merasakan bahwa wajah itu bukanlah wajah seorang pembohong. Pertama kali yang aku dengar dari ucapan Nabi adalah ‘Sebarkan salam, bagi-bagikanlah makanan, shalatlah pada malam hari saat orang orang lain sedang lelap dalam tidurnya, maka kalian akan masuk surga dengan selamat'”. Seketika Abdullah bin Salam langsung mendekat, dan mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan Nabi. Kejadian itu bertepatan pada hari Senin, tanggal 8 Rabiul Awwal.
Namun sebagian riwayat lain menuturkan bahwa pertemuan pertama ini tidak terjadi di Madinah, melainkan saat Nabi masih tinggal di Quba’, di tengah-tengah Bani ‘Amr bin ‘Auf.
Al-Imam Ibnu Katsir dalam kitab Sirah Nabawiyyahnya, mencoba untuk mengumpulkan dua riwayat tersebut. Beliau menyimpulkan bahwa bisa jadi pertemuan itu terjadi dua kali. Pertama saat masih berada di Quba’. Kedua saat berada di Madinah, dan berkumpul di Bani Najjar, tepatnya di kediaman Abi Ayyub al-Anshari.
Diriwayatkan dari Humadi, dari Sahabat Anas bin Malik bahwa saat Abdullah bin Salam mendengar kedatangan Nabi. Ia menanyakan kepada Nabi tentang tiga hal, yang tidak akan bisa diketahui kecuali oleh seorang Nabi. Pertama, apa tanda-tanda kiamat yang pertama? Kedua, makanan apa yang pertama kali dimakan oleh penduduk surga? Ketiga, seorang anak lebih mirip kepada ayah atau ibunya?. Nabi kemudian menjawab bahwa tanda kiamat yang pertama adalah munculnya api dari timur, yang menggiring orang-orang menuju barat. Kemudian makanan pertama penduduk surga adalah hati ikan paus. Lalu untuk pertanyaan ketiga, jika mani yang pertama kali adalah milik sang suami, maka anak tersebut lebih mirip dengan ayahnya. Jika mani yang keluar dulu adalah milik si istri, maka akan lebih mirip dengan sang ibu. Abdullah bin Salam lantas mengucapkan syahadat di hadapan Nabi.
Ia mengadu pada Nabi, “Wahai Rasulullah. Sesungguhnya orang Yahudi gemar berdusta. Jika mereka mengetahui kabar keislamanku, sebelum engkau bertanya tentang diriku pada mereka, niscaya mereka akan mendustakanku.” Saat Nabi mendatang sekelompok Yahudi, Nabi bertanya, “Siapakah Abdullah bin Salam di tengah-tengah kalian?”. Mereka menjawab, “Dialah yang terbaik, dan putra orang terbaik diantara kita. Pemimpin kita, sekaligus putra dari pimpinan kita”. Nabi melanjutkan, “Bagaimana jika ia telah masuk Islam?”. Mereka menimpali, “Semoga Allah menjaganya dari perbuatan itu!”. Abdullah bin Salam lantas keluar sambil membaca syahadat di hadapan mereka. Mereka sontak berujar, “Dialah orang paling buruk, dan putra orang terburuk diantara kita!”.
(As-Sirah an-Nabawiyah, Ibnu Katsir, hlm. 294-296)