BeritaUnggulan

Bedah Buku Santri Tiga Dunia, Habib Baharun: Santri Itu Harus Bisa Menulis

Malam Jumat (29/11), Sidogiri Penerbit menyelenggarakan bedah buku berjudul ‘Santri Tiga Dunia”. Acara yang bertempat di Gedung Sidogiri Excellent Center lt. III, menghadirkan Prof. Dr. Habib Muhammad Baharun, SH, MA, sebagai narasumber utama sekaligus penulis, ditemani oleh Gus Ahmad Hakim Jayli, Direktur Tv9, Prof. Dr. Abdul Latief Bustami MSi, Dosen Senior Universitas Negeri Malang dan K.H. Muhammad Hasan, Pengasuh PP. Al-Maliki, Koncer, Bondowoso. Acara ini dimoderatori oleh Ust. Firdaus Sholeh, yang dihadiri oleh sekitar 200 peserta bedah buku.

Santri Tiga “Dunia”, adalah sebuah buku yang berisi sepak terjang seorang Prof. H. Mohammad Baharun, ketika berkelana diberbagai tempat untuk belajar. Di dalam buku tersebut, lengkap menjelaskan biografi beliau ketika mencari ilmu, mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga menjabat menjadi Guru Besar Sosiologi Agama di Universitas Ibrahimy Situbondo dan pernah menjadi Ketua Hukum MUI Pusat. Keuletannya dalam mencari ilmu membuahkan hasil yang sangat spektakuler, membawa namanya dikenal di banyak perguruan tinggi dan fakultas negeri.

Ust. Khoiron Abdullah, selaku panitia acara menyampaikan tujuan seminar tersebut. “Seminar yang digelar supaya mengingatkan seorang santri bahwa mereka harus berpikir panjang dan tidak boleh mempunyai anggapan tidak berguna ketika terjun di masyarakat, karena santri mempunyai potensi yang bisa dikembangkan ketika sudah bermasyarakat,” ujar Redaksi Sidogiri media ini.

Prof. Dr. Habib Muhammad Baharun, SH, MA, dalam presentasinya menuturkan bahwa dengan barakah seorang guru, banyak hal yang dapat dipelajari dengan mudah ketika berada di luar, meski tidak pernah dipelajari di pesantren. “Santri harus bisa di semua bidang, lebih-lebih nantinya juga bisa menjadi pejabat pemerintahan,” ungkap eks. Guru Besar Sosiologi Agama dan Ketua Hukum MUI Pusat.

Prof. Dr. Habib Muhammad Baharun, SH, MA, eks. Guru Besar Sosiologi Agama dan Ketua Hukum MUI Pusat.

Narasumber kedua, Direktur Tv9, Gus Ahmad Hakim Jayli, menjelaskan pentingnya mempelajari media di era digital saat ini. Dengan bermedia, kita dengan mudah mengetahui berbagai informasi yang berseleweran serta menyebarkan ilmu agama pada orang-orang awam. Hal tersebut, dapat meminimalisir paham sesat yang gencar digelorakan oleh orang-orang ‘sebelah’. 

“Semua ilmu bermedia, berupa televisi, koran, semua itu hasil produk dari Barat. Namun, ketika diproduksi oleh kalangan para santri, mereka memanfaatkan hal tersebut untuk memunculkan gagasan-gagasannya, disebarluaskan dan mudah diterima oleh masyarakat umum,” pungkas salah satu Wakil Ketua PWNU Jatim.

Beliau juga menambahkan, dalam bermedia harus menyesuaikan dengan kebutuhan masyaraka agar ilmu yang kita berikan dapat dengan mudah diterima oleh mereka. Setelah mengetahui konteks permasalahan yang dialami, barulah kita beri pencerahan dengan merujuk pada ilmu-ilmu yang telah dituangkan oleh ulama di dalam karya-karyanya.

“Santri itu harus bisa dalam semua bidang. Semangatnya juga harus seperti habib Baharun. Meski umur beliau 70, tetapi semangatnya masih bergelora seperti umur 25 tahun. Semoga buku yang ada digenggaman Anda, bisa memotivasi Anda melalui biografi Habib Baharun,” kata K.H. Muhammad Hasan, memotivasi para peserta.

Penulis: Waisan A. K.

Editor: Fahmi Aqwa

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *