BeritaUnggulan

Klinik Sidogiri Beri Penyuluhan tentang Demam Berdarah

Sebagai bentuk antisipasi terhadap penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) di kalangan santri, pengurus Klinik Sidogiri beri penyuluhan kepada segenap kepala kamar secara berkala. Penyuluhan ini berlangsung selama enam hari, dan dilaksanakan perdana pada malam Sabtu (30/05) di Ruang Auditorium PPS.

Wakil I Klinik Sidogiri, Ust. Muhammad Yusa’ dalam sambutannya menyampaikan bentuk perizinan berobat di luar PPS yang dikeluarkan oleh klinik. “Untuk berobat di luar PPS, ada tiga cara; rekomendasi dokter, permintaan wali, dan izin kontrol berkala,” jelasnya.

Baca Juga: Tingkatkan Pelayanan, Klinik Sidogiri Gelar Pelatihan Service Excellent.

Selanjutnya, penyuluhan tentang penyakit DBD disampaikan oleh Bpk. Mukhamad Romli, A. Md. Kep., salah satu tenaga medis Klinik Sidogiri. Ia menegaskan bahwa penyakit yang berasal dari gigitan nyamuk Aedes aegypti ini sangat mudah tersebar, lebih-lebih terhadap anak yang masih belia. “Virus DBD dapat menyebar dengan cepat. Nyamuk pembawa penyakit ini dapat terbang dalam radius 400 m dengan tinggi sekitar 10 m,” ungkapnya.

Baca Juga: Klinik Sidogiri Beri Penyuluhan Soal Penyakit TBC.

Selain itu, perawat asal Pasuruan tersebut juga menjelaskan tiga fase pasien pengidap DBD. Fase pertama adalah demam (Fabrile Phase), yang berlangsung selama dua sampai tujuh hari. Untuk meneliti penyebaran virus pada pasien di tahap ini, dilakukan pemantauan terhadap kadar trombosit dengan pemeriksaan darah lengkap (Complete Blood Count). Setelah itu, pasien akan melalui fase kritis (Critical Phase). Pada hari ketiga sampai hari ketujuh, demam pada pasien DBD akan meningkat secara signifikan yang diiringi dengan kurangnya nafsu makan. Setelah melalui fase-fase tersebut, pasien akan mengalami pemulihan (Recovery Phase). Kondisi ini ditandai dengan energi dan nafsu makan yang berangsur-angsur meningkat.

Baca Juga: PW IASS Pasuruan Gelar Sosialisasi Bijak dalam Bermedia Sosial.

Di sisi lain, Bpk. Romli mengungkapkan bahwa penyakit DBD tidak memiliki obat khusus untuk menanganinya. Pemulihan pasien tergantung dari kemampuan tubuh untuk melawan virus DBD yang telah masuk ke dalam peredaran darah. “Saat ini masih tidak ada obat-obatan khusus untuk penyakit DBD, hanya obat pembantu seperti obat penurun demam,” tegasnya.

Terakhir, Bpk. Romli memberikan kiat-kiat pencegahan penyebaran penyakit DBD, “Nyamuk berkembang biak melalui genangan air dan lingkungan kotor. Kita harus rajin menghilangkan genangan-genangan air di sekitar, dan membersihkan jeding-jeding yang sering kali menjadi sarang nyamuk,” pungkasnya.

Penulis: Nijaful Ali
Editor: A. Kholil

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *