Artikel

Meretas Tuntas Popularitas

Sumber: https://www.google.co.id/search?q=popularitas

 

 

 

 

 

Entah kenapa, predikat ‘terkenal’ seakan-akan teramat sangat prestisius bagi sebagian orang, namun bagi sebagian yang lain, justru tampak hina dan menjadi semacam momok yang menakutkan. Tapi sebagian yang ini hanya segelintir saja, tak sebanding dengan betapa antusiasnya orang-orang –yang mungkin juga saya– yang ingin terkenal dan dikenal. Penulis tak bermaksud memvonis siapapun yang ingin terkenal, itu pilihan hidup. Namun ada beberapa hal yang ingin penulis sampaikan.

Kita bisa melihat sendiri bagaimana berjubelnya manusia di depan loket pendaftaran audisi menyayi, sesaknya antrean di depan ruang casting film dan sesaknya milis youtube oleh video-video amatir para netizen dengan beragam tingkah aneh dan prilaku bodoh yang seringkali menuai kehebohan. Tak ayal, harapan itu pun bersambut. Salah satu dari mereka bisa terkenal, tenar, bahkan semut pun kenal akan dirinya, meskipun kadang hanya sesaat, dan tak lama seteah itu, ketenaran mereka akan redup kembali dan dilupakan, seakan tertelan tanah kuburan, meskipun, ada pula yang kemasyhurannya terus berlanjut.

Penulis tidak bisa memastikan apakah mereka yang melakukan hal itu dangan tujuan ingin terkenal ataukah ada maksud-maksud yang lain yang kita tidak bisa menerkanya. Ada pepatah arab yang cukup familiar di telinga kita; bul zam-zam fatu’rof, kencingilah air zam-zam, maka kamu akan terkenal. Agaknya pepatah ini cukup beralasan untuk membuktikan betapa tingkah lucu serta riuhnya gemeletuk kehebohan orang-orang di dunia entertaintment, panggung politik, dan dunia maya adalah merupakan upaya untuk memasyhurkan dirinya. Seperti para artis pendatang baru yang suka berceloteh aneh-aneh, bergaya tak biasa, atau prilaku para kandidat wakil rakyat yang seringkali berwacana nyeleneh yang nyaris mustahil, agar bisa menarik simpati masyarakat.

Tidakkah kita malu jika kita mendengar banyaknya cerita para ulama yang justru menjauh dari ketenaran dan popularitas, bahkan ada salah satu ulama yang nekat mencuri pakaian agar kealiman dan kewaro’annya tidak dikenal lagi dan tertutupi oleh prilaku nekatnya yang mungkin sekilas tampak seperti dosa. Dengan upaya itu ulama tersebut berharap agar dirnya tak lagi dikenal dan agar namanya tak lagi disebut-sebut dalam majelis-majelis ilmu, namun apa yang terjadi, harapannya justru malah terbalik 180 derajat celcius, ia justru semakin dikenal sebagai seorang wali majdub, sontak kepribadiannya pun semakin menuai pujian. Begitulah alur nasib orang yang tak memburu ketenaran, tapi justru malah semakin dikejar-kejar oleh popularitas tanpa harus  memperkenalkan diri.

Rasulullah pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertaqwa, kaya hati, dan tersembunyi.” (HR Muslim). Memahami Hadis itu, Ibrahim bin ad-Ham juga pernah berkomentar, “Allah tidak membenarkan orang-orang yang cinta kemasyuran”.

Adanya beragam sosial media saat ini seperti Facebook Twitter, Instagram dan segunung sosmed lainnya, yang jika hati dan niat tidak dimanage dengan baik maka sosmed tersebut akan berubah menjadi bumerang pada diri sendiri, serupa media penyalur hasrat riya’ dan penyakit-penyakit hati lainnya. tak ayal media-media tersebut membuat orang-orang jadi kegirangan untuk ikut nimbrung di dalamnya.

Jika memang motivasinya adalah ‘ketenaran’ dengan melalui usaha keras dan bersusah payah, mungkin tak masalah. Namun yang jadi masalah adalah ketika ada orang yang ingin terkenal dengan cara instant dan cepat, sehingga orang-orang tersebut rela melakukan tingkah-tingkah aneh dan lebih parah lagi ketika apa yang ia lakukan dapat meyulitkan dan membingungkan orang lain. Rasulullah bersabda, “Sembunyikanlah dirimu terhadap tanah yang jauh dari kemasyhuran, karena Pepohonan yang tumbuh dari benih yang tidak ditanam melalui proses, maka hasilnya tidak akan sempurna.” Semoga tulisan ini dapat menjadi renungan hati.[]

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *