“Termasuk mementingkan urusan dunia adalah orang yang memegang sesuatu padahal dia memandang bahwa menshadaqahkan sesuatu tersebut lebih baik dari menyimpannya”, Dawuh Habib Taufiq bin Abdul Qadir as-Seggaf dalam pengajian kitab Al-Hikam karya al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad Yaman, Malam Jumat (23/08) di Masjid Jami’ Sidogiri lantai I. Pengajian dibuka secara umum bagi semua tingkatan. Pengajian yang dimulai pada pukul 10.00 malam waktu setempat ini membahas perilaku seseorang yang termasuk dalam mementingkan dunia.
Telah diketahui bahwa banyak orang yang lebih mementingkan urusan dunia, padahal mereka tahu bahwa akhirat lebih kekal. Bahkan Habib Taufiq dalam pengajian tersebut menjelaskan bagaimana cara mengetahui orang itu termasuk yang mementingkan dunia atau akhirat adalah dengan melihat apa yang menjadi simpanannya.
“Ukuran kamu mementingkan dunia atau akhirat adalah lihatlah apakah yang kamu simpan!”, dawuh Habib Taufiq.
Dalam penjelasannya, Habib Taufiq juga menggambarkan perbedaan antara dunia dan akhirat, yang oleh beliau diibaratkan seperti arah Barat dan Timur. Apabila seseorang berjalan ke arah Barat, secara otomatis berarti dia telah meninggalkan arah Timur, begitu juga sebaliknya. Lebih jelasnya lagi beliau juga menyampaikan perihal Hubbu Allah (Cinta Allah) dan Hubbu duniya (Cinta dunia), yang diterangkan oleh beliau dengan gambaran api dan air dalam satu wadah. Air itu diibaratkan Hubbu Allah, sedangkan api diibiratkan dengan hubbu duniya. Keduanya tidak mungkin bisa bersatu dalam satu wadah.
“Siapa yang cinta dunianya, pasti merugi dalam akhiratnya. Siapa yang cinta akhiratnya, merugilah dalam dunianya. Maka, kamu harus mementingkan mana yang kekal dari yang mana mudah binasa. Dan yang kekal adalah akhirat”, tegas beliau dalam pengajian malam Jumat tersebut.
Habib Taufiq menjelaskan kaitannya ibarat dari kitab al-Hikam tersebut dengan perilaku mencari ilmu adalah bahwa setiap para thallabal-ilmi agar mencari ilmu itu untuk menggapai ridha Allah bukan agar mendapat dunia. Menurut al-Habib Taufiq dalam penjelasannya tersebut bahwa beliau mengingatkan banyak di antara kita yang menghela dalam hukum agama, sering kali lebih memilih mencari dalil untuk menghalalkan suatu perkara.
Beliau menasehati kepada semua santri yang hadir dalam majelis pengajian al-Hikam tersebut bahwa dunia seharusnya dijadikan sebagai kebutuhan bukan tujuan. Lebih tegasnya, beliau sangat menekankan agar jangan mudah tertarik pada dunia. Dianggap orang yang bodoh adalah yang lebih memilih debu dari sebuah permata. Debu adalah dunia, sedangkan akhirat adalah permata.
____________
Penulis : Musafal Habib
Editor : Saeful Bahri bin Ripit