Pada usia yang hampir menginjak tiga tahun ini, MTQ (Madrasah Taklimul Quran) sudah banyak mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada generasi tahun pertama MTQ (1438-1439 H) masih bisa dibilang cukup amburadul. Tetapi pada tahun kedua, dengan menyusun strategi baru, pengurus MTQ cukup peka menggali kekurangan yang ada di tahun sebelumnya. Dengan itu pihak pengurus MTQ membuat banyak perubahan dari berbagai sektor. Semisal, lebih disiplinnya peraturan bagi para mualim, bekerjasama dengan pihak Ketertiban dan Keamanan (Tibkam) PPS dengan menyetorkan nama-nama bagi para peserta didik yang indisipliner.
Pembenahan yang cukup jitu ini, juga merembet pada sistem penilaian ujian MTQ. Dengan rincian, nilai rata-rata harus mencapai angka minimal tujuh puluh. “ Tujuan diperketatnya sistem penilaian seperti ini, dikarenakan poin-poin yang dinilai dalam al-Quran adalah mengenai cara ucap huruf yang sangat vital atau rentan terhadap kesalahan. Bedahalnya dengan ujian di madrasah yang bisa dipelajari dengan satu kali tatap muka”. tutur Ust. Zaidul Khoir selaku ketua Panitia Ujian Quran (PUQ) dengan nada tegas.
Pada dasarnya perkembangan yang paling mencolok ada pada usia MTQ yang ketiga tahun ini, tepatnya tahun sekarang. Kendati demikian dapat kita lihat dari berhasilnya pencetakan materi baru bagi semua peserta didik, rapat rutinan para mualim MTQ yang terjadwal setiap bulan. “Kami sangat berharap untuk kedepannya, MTQ selalu selangkah lebih maju. Karena MTQ merupakan program vital di pondok ini”. tambah Ust. Zaid dengan penuh semangat.
________
Penulis: Ufi*
Editor: Saeful Bahri bin Ripit
*Redaksi Mading ATTAHQIQ