Berita

Ust. Fauzan Imron; Membedah Pembagian Tauhid ala Wahabi

Mentoring Annajah Center Sidogiri (ACS) berlokasi di ruang guru Aliyah gedung al-Ghazali lantai I. Sebagaimana berita sebelumnya, bahwa tema yang dibahas adalah Membedah Tauhid menjadi Tiga ala Wahabi, Rabu (11/12).

Ust. Fauzan Imron sebelumnya membahas pembagian tauhid berdasarkan pemahaman Ahlussunah. Yakni Sifat wahdaniyat. Dan setelahnya beliau mulai membahas dan membedah pembagian Tauhid Wahabi yang ditampilkan dengan model piramida tegak. Dengan rincian, yang paling bawah adalah Tauhid Rububiyyah, kemudian Tauhid Uluhiyyah, dan paling atas Tauhid al-Asma’ wa al-Shifat.

piramida tauhid wahabi

Tauhid Rububiyyah, yaitu pengakuan bahwa yang menciptakan, memiliki dan mengatur langit dan bumi serta seisinya adalah Allah saja. Menurut Ibnu Taimiyah, tauhid Rububiyyah ini telah diyakini oleh semua orang, baik orang-orang musyrik maupun orang-orang mukmin.

Tauhid Uluhiyyah, yaitu pelaksanaan ibadah yang hanya ditujukan kepada Allah. Ibnu Taimiyah berkata, “ Ilah (Tuhan yang haqq adalah yang berhak untuk disembah. Sedangkan Tauhid adalah beribadah kepada Allah semata tanpa mempersekutukan-nya”.

Tauhid al-Asma’ wa al-Shifat, yaitu menetapkan hakikat nama-nama dan sifat-sifat Allah yang terdapat dalam al-Quran dan sunah sesuai dengan arti literal (zhahir)nya yang telah dikenal di kalangan manusia. Misal, tangan ya diartikan tangan.

Al-Quran membatalkan konsep tauhid Wahabi tersebut. Salah satunya dalam surat Ali-Imran ayat 80. Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang-orang musyrik mengakui adanya Arbab (tuhan-tuhan) selain Allah seperti malaikat dan para nabi. Berarti orang-orang Musyrik tidak mengakui Tauhid Rububiyyah. Sementara kata Ibnu Taimiyah (Wahabi) orang-orang Musyrik mengakui Tauhid Rububiyyah.

Sedangkan dari hadits, datang dari al-Barra’ bin Azib, di mana Nabi SAW telah bersabda “Allah berfirman, “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu”, (QS. Ibrahim: 27). Nabi bersabda, “Ayat ini turun mengenai azab kubur. Orang yang dikubur itu ditanya, “Siapa Rabb (Tuhan)mu?”, lalu dia menjawab, “Allah Rabbku, dan Muhammad Nabiku”. Hadits ini riwayat Imam Muslim dengan nomor 5117.

“Mengapa Wahabi membagi Tauhid dengan Rububiyyah dan Uluhiyyah adalah karena sebagai piranti ideologis untuk melarang praktek tawasul, tabaruk, ziarah kubur dan lain-lain. Karena oleh Wahabi dianggap mengarahkan ibadah ke selain Allah.

Dengan adanya Tauhid Rububiyyah Wahabi ini, berakibat menjadikan Abu Jahal dan Abu Lahab itu lebih bertauhid dibandingkan umat Islam. Dan ini bertentangan dengan nash al-Quran dan hadits bahkan pandangan ulama Ahlussunah wal Jamaah.

Sedangkan tauhid al-Asma wa al-Shifat berhubungan dengan al-Quran dan Sunah, dimana terdapat teks-teks mutasyabihat berkaitan dengan nama-nama dan sifat-sifat Allah. Ibnu Taimiyah yang mengikuti aliran Musyabbihah mengartikan teks-teks mutasyabihat dengan literalnya atau zhahirnya teks, sehingga kalau bahasa arabnya yaddu Allah ya maka diartikan dengan tangan-Nya Allah. Dari itulah muncul gagasan tauhid al-Asma wa al-Shifat.

“Mengapa Wahabi menggagas Tauhid al-Asma wa al-Shifat ini, karena sebagai piranti ideologisuntuk menialai sesat kaum Muslim yang melakukan takwil terhadap ayat-ayat Mutasyabihat. Yang dalam hal ini pengikut madzhab al-Asy’ari dan al-Maturidi”, jelas Ust. Fauzan.

Baca Berita Sebelumnya:  Ust. Fauzan Imron; Membedah Pembagian Tauhid

Penulis : Musafal Habib

Editor   : Saeful Bahri bin Ripit

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *