Oleh: Muhammad ibnu Romli
Hal ini bukan perkara remeh. Kita perlu waspada kepada semua hal, yang bersinggungan langsung dengan keyakinan. Ideologi merupakan hal pokok dalam beragama. Sealim apa pun, dan sesufi apa pun orang itu, jika akidahnya salah, sangatlah berakibat fatal kepada status keagamaan seseorang. Termasuk pengaruh Iklan di Youtube. Kita tidak boleh menyepelekan hal ini. Terkadang, pada tahun politik, kita selalu membesar-besarkan masalah kepemimpinan, sehingga saling tikam satu-sama lain, padahal, dalam waktu yang sama, kita lengah, dan tidak tahu-menahu kepada masalah yang bisa merusak akidah, sehingga mereka beranggapan hal itu merupakan masalah kecil, padahal sebaliknya. Inilah yang membuat bencana datang bertubi-tubi menghantam negeri.
السكوت عند أول الفساد يعرو ما ما تعتنقه من العقائد، داع لسريان الفساد إلى سائره.
“Mendiamkan awal kerusakan yang berkaitan dengan akidah, akan mengundang kerusakan-kerusakan yang lain,” tulis Syekh Mushthafa al-Ghalayayni, dalam kitab ‘Idzâtun-Naâsyi’în.
Youtube merupakan media informasi yang bersifat universal. Tidak harus tua, bahkan keponakan saya yang masih berumur dua tahun, sangat gemar menonton tanyangan yang disajikan. Setiap lima detik, biasanya, sebuah channel Youtube menayangkan sponsor beberapa produk, yang menurut hemat saya, sangat rentan menumbuhkan keyakinan yang menyimpang.
Sering kita lihat, pasta gigi yang menggoda kita dengan tawaran langsung sembuh saat menggunakan. Juga tayangan wajah seseorang halus seketika setelah menggunakan sabun wajah. Ada juga—dan ini yang banyak—orang sakit kepala atau pilek, bisa langsung sembuh dengan sekali minum obat yang ditawarkan. Ini sangat berbahaya. Terlebih kepada anak dibawah umur, yang hidup di lingkungan jauh dari pendidikan agama.
Di pesantren, kita diajarkan akidah Ahlusunah Waljamaah yang benar. Kita meyakini, setiap sesuatu itu, murni atas kehendak Allah. Mâ syâal-Lâh kâna, wa mâ lam yasya’ lam yakun. Segala sesuatu yang dikehendadi Allah, maka tercipta. Begitupun, setiap sesuatu yang tidak dikehendaki Allah, tidak akan tercipta.
Jika Allah menghendaki mereka sakit kepala, sebanyak apa pun obat yang mereka konsumsi, tidak akan bisa menyembuhkan. Mereka akan sembuh, jika Allah menghendaki sembuh. Bukan obat itu, yang menyembuhkan. Bukan pula Allah memberikan kemampuan tersendiri pada obat itu agar bisa menyembuhkan. Hal itu murni atas kekuasaan Allah sendiri.
Sejak dulu, hal semacam ini sudah ditegor oleh Imam Muhammad bin Yusuf as-Sanusi dalam karyanya Ummul-Barâhîn:
والربط العادي، هو أصل كفر الطبائعين ومن تبعهم من جهلة المؤمنين قرؤوا ارتباط الشبع بالاكل والري بالماء وستر العورات بالثوب والضوء بالشمس ونحو ذلك مما لا ينحصر. ففهم من جهلهم أن تلك الأشياء هي المؤثرة في ما ارتبط وجوده معها. إما بطبعها، أو بقوة وضعها الله فيها. و أهل السنة –رضي الله تعالى عنهم نور الله تعالى بصائرهم– لم يفتتنوا بشيء من الاكوان.
“Kaitan adat, merupakan asal kekafiran dari kelompok Thabai’in dan para pengikutnya dari golongan orang mukmin yang bodoh. Mereka berpendapat ada hubungan antara kenyang dengan makan, segar dangan minum, menutup aurat dengan pakaian, terang dengan sinar matahari, dan baca lagi selengkapnya di sini
[…] Di pesantren, kita diajarkan akidah Ahlusunah Waljamaah yang benar. Kita meyakini, setiap sesuatu itu, murni atas kehendak Allah. Mâ syâal-Lâh kâna, wa mâ lam yasya’ lam yakun. Segala sesuatu yang dikehendadi Allah, maka tercipta. Begitupun, baca selengkapnya di sini […]