BeritaUnggulan

Daurah Ilmiah Silatnas 6; Jihad Kultural Kaum Sarungan

Malam Senin (27/06) Panitia Silaturrahim Nasional (Silatnas) yang ke-6 Ikatan Alumni Santri Sidogiri (IASS) menggelar acara Daurah Ilmiah yang bertempat di Gedung IASS, Pohjentrek, Kraton, Pasuruan. Daurah Ilmiah yang mengusung tema Silatnas 6 yaitu “Jihad Kultural Kaum Sarungan” ini dihadiri K.H. Abdul Qoyyum Mansur, Pengasuh Pondok Pesantren An-Nur Lasem dan Dr. K.H. Abdul Ghafur Maimoen MA., Rais Syuriah PBNU sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren al-Anwar 3 Sarang.

Peserta yang hadir pada daurah kali ini meliputi Forum Musyawarah Keluarga Muda (FMKM) Sidogiri, Pengurus Wilayah (PW) IASS dari masing-masing kota dan segenap staf pengajar Madrasah Miftahul Ulum.

Ketua Panitia Silatnas 6, Ust. Alil Wafa memberikan sambutan sebagai pembuka acara. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa ada beberapa rangkaian acara yang diselenggarakan pada Silatnas 6 ini, di antaranya Daurah Ilmiah dengan tema “Jihad Kultural Kaum Sarungan”. Tema ini dipilih oleh Koordinator IASS, Mas d. Nawawy Sa’doellah yang sekaligus sebagai pencetus logo Silatnas 6.

“Jihad Kultural Kaum Sarungan dipilih karena, pertama, Sidogiri ingin menyuarakan sesuatu yang harus diuswahkan. Sebenarnya, Jihad ini cukup familiar di kalangan kaum sarungan. Terkadang ketika kita mengatakan kata “Jihad”, maka hanya ada kata “alergi” bagi orang yang fanatik. Karenanya Sidogiri perlu menyuarakan bahwa jihad itu luas, yang kemudian munculah tema “Jihad Kultural Kaum Sarungan,” jelas Ust. Alil Wafa.

Dr. K.H. Abdul Ghafur Maimoen MA. memaparkan bahwa kata “Jihad” dewasa ini sering ditafsiri dengan pemahaman yang sempit dan kerap kali disandingkan dengan perang, radikalisme dan ekstremisme.

Hemat beliau, jihad itu adalah sebuah media untuk mewujudkan visi misi Islam yang sesuai dengan esensi pesan Ilahi.

“Kontekstualisasi jihad itu relevan dalam setiap aspek dan tidak kaku seperti pemahaman yang beredar. Misal, dalam segi pendidikan, ekonomi, sosial dan politik,” Tegas beliau yang bersarung hitam dibalut ukiran batik.

Sedangkan narasumber kedua, K.H. Qoyyum Mansur menyampaikan tentang peran jihad kultural yang sangat urgen di tengah-tengah masyarakat.

Menurut beliau, sebagai kaum sarungan sangat penting untuk mengetahui zona dakwah. Agar resep yang akan kita tawarkan sesuai dengan kultur yang ada. Ini yang perlu diperhatikan para pendakwah.

Hemat beliau, dalam dakwah ada dua rumus. Pertama, Mikro Cosmos, Kedua, Makro Cosmos yang kesemuanya telah dicontohkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW.

Sebelum acara ditutup dengan doa, ada penyerahan cendera mata untuk kedua narasumber yang hadir. Cendera mata ini diserahkan langsung oleh Sekretaris Umum Pondok Pesantren Sidogiri, Ust. H.A Saifulloh Naji.

Penulis: Muhammad Faqih

Editor: Nur Hudarrohman

Shares:
Show Comments (1)

1 Comment

  • Faridah
    Faridah
    29 Juni 2022 at 6:03 pm

    Sangat kereeeen😍

    Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *