Dikisahkan, kota Madinah pernah digemparkan oleh pernikahan putri Said bin Musayyib (w. 94 H./713 M.) dengan salah satu muridnya. Pasalnya, salah satu tujuh Fuqaha’ Madinah ini pernah menolak mentah-mentah pinangan Abdul Malik bin Marwan (w. 90 H/705 M) untuk sang putra mahkota, Walid bin Abdul Malik (w. 715 M).
Konon, untuk mendapatkan putri Imam Said, khalifah Umayyah itu rela memberikan hadiah sebesar 30.000 Dinar. Namun, Imam Said bin Musayyib tidak tergiur dengan nominal tersebut, beliau menjawab dengan tegas, “Sungguh, aku tidak butuh hadiah tersebut. Dunia dan seisinya tak ubahnya satu sayap nyamuk di hadapan Allah, lantas bernilaikah hadiah yang kau berikan kepadaku?”
Beliau menolak pinangan tersebut bukan tanpa alasan. Imam Said lebih memilih agama dibandingkan gemerlap dunia untuk putrinya. Terlebih lagi, Walid sang putra mahkota juga dikenal memiliki perangai yang buruk yang jauh dari tuntunan agama.
Pria beruntung yang terpilih menjadi pendamping putri Said bin al-Musayyib, tak lain adalah murid beliau bernama Katsir bin Abi Wada’ah. Katsir adalah pria duda yang miskin tak berharta, dan hanya mampu memberikan mahar sebesar dua dirham. Padahal putri Imam Said merupakan tipe wanita idaman di Madinah. Ia terkenal di jagat kota Madinah sebagai perempuan cantik jelita yang shalihah.
Diriwayatkan, sebulan sebelum pernikahan tersebut, Imam Said memberikan hadiah kepada Katsir bin Wada’ah, calon menantunya sebanyak 30.000 Dinar. Itu tidak heran, karena beliau merupakan saudagar kaya raya pada masanya. Kisah teladan bagi orang tua untuk menyiapkan keluarga kecil anaknya.
Penulis: Muhammad Faqih
Editor: Muhammad Ilyas