BeritaUnggulan

Acara Milad, Tasyakuran Ilmu Santri

Malam Rabu (18/08) Panitia Milad ke-287 PPS dan Ikhtibar ke-88 MMU menyelenggarakan acara Malam Puncak Milad. Acara tersebut digelar di lapangan Pondok Pesantren Sidogiri. Semarak acara ini ditonton oleh ribuan wali santri dan simpatisan sidogirian.

Turut hadir Pengasuh PPS, K.H. A. Fuad Noerhasan, Sekjen Majelis Keluarga, Mas d. Nawawy Sadoellah, Ketua Umum PPS, K.H. Bahruddin Thoyyib, Bendahara umum PPS, Mas H. Achmad Sa’dulloh Abdul Alim, Sekretaris Umum PPS, Ust. H. A. Saifulloh Naji, Ketua I PPS, Mas M. Aminulloh Bq. Ketua II PPS, Ust. A. Saifulloh Muhyiddin, Ketua III PPS, Mas H. M. Abdul Djalil Kamil, dan segenap tamu undangan.

Rundown acara yang berlangsung kurang lebih seperti acara pembukaan milad pada malam Sabtu (14/08). Hanya saja pada malam puncak tidak ada firework.

Mewakili segenap Panitia Milad, Mas Abdul Jalil Sholahuddin menyampaikan, “Tema milad kali ini bertujuan untuk membangun pandangan hidup yang seimbang. Salaf adalah lambang kejernihan dan akar yang kuat, sedangkan inovatif melambangkan inovasi-inovasi yang kreatif.”

Dalam sambutannya, Ketua Milad juga menganalogikan salaf layaknya pohon kuat nan menjulang, sedangkan inovatif seperti ranting-ranting pohon tersebut.

Selanjutnya, Mas Achmad Sa’dulloh Abdul Alim mewakili Pengurus Pondok Pesantrem Sidogiri memberikan sambutannya, “Milad Pondok Pesantren Sidogiri ini mengikuti tahun berdirinya pesantren versi kedua, yaitu pada tahun 1745 M/ 1158 H.

Pada kesempatan tersebut, Ketua IASS ini juga mengutarakan bahwa salah satu tujuan tema milad kali ini adalah untuk mengenang kembali perjuangan para Masyayikh Sidogiri dari generasi ke generasi. Kegiatan ini juga merupakan tasyakuran ilmu yang santri dapatkan.

“Ilmu itu bukan hanya diketahui, tetapi juga bagaimana ilmu itu diamalkan. Agar ilmu yang didapatkan menjadi dalil atau hujah penguat bagi kita (hujjatun lana), bukan malah menjadi beban kelak di akhirat (hujjatun ‘alaina). Banyak kisah pendahulu kita bahwa mencari ilmu itu harus hati-hati. Di antaranya, ada seorang santri yang tidak ikut iuran untuk beli lentera. Akhirnya, saking wara’nya, dia belajar di tempat gelap yang tidak bercahaya, takut ghasab,” cerita Mas Ahmad dalam sambutannya.

Pada kesempatan itu pula, pengurus, guru, alumni, dan ranting terbaik diumumkan. Pengurus terbaik diraih oleh Ustaz Nahdlor Tsana’i, guru terbaik didapatkan oleh Gus Thalhah Ma’ruf, Ustaz Alil Wafa tampil sebagai alumni terbaik, sedangkan ranting terbaik digaet oleh Ranting MMU B-13 Rompeng, Paterongan, Galis, Bangkalan.

Habib Sholeh bin Muhammad al-Jufri, Solo, Jawa Tengah dan Habib Hasan bin Ismail al-Muhdor, Kraksan, Probolinggo hadir sebagai narasumber pada acara ini. Pada ceramah pertama, Habib Sholeh menyampaikan bahwa pondok pesantren tidak hanya mencerdaskan seorang santri secara spiritual, tetapi juga cerdas secara emosional.

Salaf inovatif ini merupakan tema yang sangat bagus untuk dibahas pada era kali ini, sebab meski zaman telah berubah, tentu ajaran dan sikap tetap harus meneladani salafunash-shalih,” jelas Habib asal Solo, Jawa Tengah ini.

Acara puncak milad ini diakhiri dengan pembacaan doa yang dipimpin langsung oleh Hadratusy-Syaikh K.H. A. Fuad Noerhasan.

Daniyal Mawardi || Kabar Ikhtibar

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *