Bertempat di lapangan selatan Pondok Pesantren Sidogiri, peringatan Isra Mikraj Nabi Muhammad Saw 1445 H. digelar sukses menghadirkan K.H. Thaifur Mawardi, Purworejo, sebagai pengisi ceramah agama, Rabu (07/01). Kepanitiaan acara yang dihadiri oleh seluruh santri Pondok Pesantren Sidogiri ini, dipasrahkan pada konsulat Situbondo dan Jawa Barat (SIRAT).
Turut hadir dalam acar, Mas. Aminulloh, Bq, Ketua I Pondok Pesantren Sidogiri, Mas. Abdul Jalil Kamil, Ketua III PPS, Ust. A. Saifullah Muhyidin, Ketua II PPS, Ust. Saifullah Naji, Sekretaris Umum, dan Syekh Muhammad Abdul Maghed Mun’im, Guru Tugas (GT) al-Azhar.
BACA JUGA:
Dr. Habib Abdurrahman Assegaf Kupas Ilmu yang Bermakna
Dalam sambutannya, Ust. Saifullah Muhyidin menyampaikan bahwa acara ini merupakan salah satu dari hari-hari besar dalam Islam. “Dalam Isra Mikraj Allah menampakkan pada Rasulullah pekerjaan umatnya yang membuat beliau bahagia juga pekerjaan yang membuat beliau bersedih. Shalat menjadi tolok ukur dari setiap amal umat manusia. Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk selalu memperbaiki shalat kita,” jelasnya.
Selain itu, Ketua II PPS ini juga memberikan beberapa pesan terkait pulangan. “Usahakan ketika sampai di rumah, kegiatan-kegiatan rutin di pondok tetap istikamah kita laksanakan, seperti bershalawat, membaca al-Qur’an, dan muthalaah. Jaga nama baik pondok dan kurangi melakukan hal-hal yang tidak ada manfaatnya,” tambah sosok kelahiran Jember ini.
BACA JUGA:
Rasulullah Memperhatikan Kita Kala Baca Maulid
Dalam ceramahnya, K.H. Thaifur Mawardi pengasuh Pondok Pedantren Darut Tauhid, Purworejo mengulas cerita tentang Masjid al-Aqsha dalam kaitan peristiwa Isra Mikraj Baginda Nabi. “Masjid al-Aqsha merupakan fakta sejarah terkait peristiwa Isra Mikraj. Orang Yahudi mengklaim bahwa masjid tersebut adalah kiblat mereka. Dengan sejarahnya yang panjang, Sayyidina Umar memperjuangkan untuk merebut kembali, disusul juga oleh Sultan Shalahuddin al-Ayyubi. Hingga saat ini, Zionis Israel mengusai wilayah suci tersebut. Kenapa Islam lemah, karena kita telah berpecah belah. Tercatat bahwa Daulah Usmaniyah menjadi 13 pecahan, hal ini yang yang membuat kita lemah,” ungkap beliau.
Setelah menceritakan perjuangan ulama Hijaz dalam mempertahankan akidah Aswaja, santri sepuh Sayid Muhammad Alawi ini memotivasi santri untuk selalu semangat dalam mencari ilmu. “Beriman, takwa, dan berakhlak yang baik sumbernya adalah mondok. Orang yang mondok mendapatkan jaminan paten dari Allah, sebagaimana firman-Nya: ‘Lahumul Busyra fil Hayati ad-Dunya’ mereka mendapat jaminan kebahagiaan dalam dunia dan akhirat.”
BACA JUGA:
Tertarik dengan Konsistensi Sidogiri Media, Ponpes Sunan Drajad Adakan Kunjungan
Lebih lanjut, Kiai Thaifut menegaskan, bahwa ayat tersebut diperkuat dengan terusannya, yaitu ‘La Tabdila Likalimatillahi,’ tak ada perubahan pada janji Allah. “Jalan yang paling benar adalah mondok, maka Allah yang akan mencukupi semua urusan kita,” tambahnya.
Selain itu, beliau berpesan kepada santri agar senantiasa berakhlak yang baik dan memiliki jiwa amanah agar dipercayai oleh masyarakat. “Ketika kalian sudah pulang ke masyarakat mereka akan melihat akhlak kalian sebelum meninjau ketinggian ilmu kalian. Jadilah orang yang amanah, dapat dipercaya oleh seluruh lapisan masyarakat. Enak kalau dipercaya, misalnya dagang, ya laris dagangannya,” pungkas beliau di akhir ceramahnya.
Penulis: Muhammad Faqih
Editor: Muhammad Ilyas