BeritaUnggulan

Seminar Menulis Menengah, Menjadikan Turats Sebagai Keunggulan

“Turats bukan hanya sekadar referensi, melainkan jendela menuju pemahaman yang lebih dalam tentang ajaran Ahlussunnah wal Jamaah,” ucap Ust. Muhsin, pria yang pernah menjadi Ketua Ikatan Santri Sidogiri (ISS) saat menjadi santri ini. Beliau menegaskan bahwa turats adalah keunggulan kita (santri) dari penulis-penulis luar. “Kita punya turats, yang turats ini tidak dimiliki oleh selain kita, meskipun orang yang seagama dengan kita, seperti syiah. Apalagi kelompok sempalan ekstrem, seperti liberal dan Ahmadiyah tidak menerima turats,” imbuhnya.

Hal itu disampaikan Ust. Muhsin dalam seminar Kelas Menulis Menengah pada malam Senin (05/10), yang diselenggarakan oleh Badan Pers Pesantren (BPP). Seminar Kelas Menulis Menengah ini, mengangkat tema “Tips dan Trik Menggali Referensi Tulisan dari Turats”. Bertempat di Ruang Auditorium Kantor Sekretariat, seminar ini diikuti 126 redaksi media Mading PPS dengan cukup antusias.

Baca juga : Kegiatan LPSI Usai, Ust. Alil Wafa Tekankan Budaya Tulis-Menulis

Ust. Muhsin Bahri, alumni PPS asal Bondowoso ini membagikan wawasan dan pengalamannya tentang menulis serta pemanfaatan turats—warisan pemikiran ulama terdahulu yang menjadi sumber inspirasi. Pria yang juga mantan Tata Usaha BPP ini memperkenalkan metode IKAT (Ide, Kata Kunci, Analisis, Tulis) sebagai cara efektif untuk mengembangkan ide. “Metode ini mirip dengan ATM—Amati, Tiru, Modifikasi—yang akan memicu kreativitas kita dalam menulis,” terangnya.

Pada kesempatan ini, penulis buku Fikih Offroad ini juga menekankan pentingnya metode 5 W 1 H (What, Who, When, Why, Where dan How) dalam mengembangkan ide tulisan. “Menemukan referensi dari turats adalah langkah awal. Selanjutnya, kita perlu mengolah ide tersebut agar tulisan kita tidak hanya informatif tetapi juga menginspirasi,” jelasnya.

Ust. Muhsin juga menambahkan bahwa turats bisa menjadi referensi yang menarik untuk penulisan fiksi. “… sehingga fiksi dapat menyentuh hati pembaca,” katanya.

Dengan pendekatan tersebut, penulis diharapkan dapat menjadikan karya mereka lebih menarik dan menyentuh hati para pembaca. “Tulisan itu akan terasa renyah jika penulis sering membaca cerita atau maqalah (perkataan ulama) yang bersumber dari turats,” tambah penulis buku Singa Podium ini.

Penulis: Waisan A. K.
Editor: Nur Hudarrohman

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *