Majelis Keluarga Pondok Pesantren Sidogiri pada tanggal 26 Muharram 1433/21 Desember 2011 meresmikan badan penghimpun dana maslahah abadi yang diberi nama DIM (Dana Investasi Maslahah) Sidogiri. Badan ini bertugas untuk menghimpun dana dari para investor untuk digunakan pada kemaslahatan Pondok Pesantren Sidogiri dalam bidang pendidikan, dakwah dan sosial.
Dana yang terkumpul tersebut kemudian dikelola oleh pengurus pesantren dan hasilnya digunakan pada kemaslahatan di atas. Sehingga berapa pun nominal yang disumbangkan, dana tersebut tetap abadi dan terus meningkat. Badan ini dibentuk sebagai bentuk konsistensi Sidogiri untuk terus mengembangkan sistem pendidikan dan melebarkan sayap dakwahnya ke berbagai tempat di nusantara.
“Pondok Pesantren Sidogiri ini semakin lama ingin mengembangkan sayap dakwahnya dengan mengirimkan dai ke mana-mana. Dan dai itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Jadi kita cari dana dari masyarakat agar dana yang sedikit itu bisa menjadi besar dengan sendirinya. Jadi minta sekali, tapi bisa berhasil berkali-kali. Dengan artian, dana itu akan dibuat usaha sekiranya tidak minta setiap tahun,” tutur Mas d. Nawawy Sadoellah, Wakil Ketua Umum Pondok Pesantren Sidogiri, ketika ditanyakan latar belakang dibentuknya DIM Sidogiri.
Beliau juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap banyaknya objek dakwah yang saat ini masih belum tersentuh. “Kita kan sibuk dengan hal-hal yang sebenarnya tidak penting,” ungkapnya. Beliau juga menjelaskan bahwa alasan dari minimnya guru-guru atau tenaga dai yang mau menggarap objek dakwah tersebut adalah sebab minimnya kemampuan finansial.
Jadi dengan adanya DIM Sidogiri ini pengurus nantinya mengupayakan untuk membiayai kebutuhan hidup guru-guru atau dai yang dikirim. Sebab dari tahun ke tahun permintaan guru tugas kian meningkat. Dan secara otomatis pula biayanya juga semakin besar. Beliau juga menggugah alumni Sidogiri untuk meneruskan perjuangan dakwah tersebut. “Karena intinya Sidogiri itu ya di perjuangan. Keberhasilan santri menurut dawuhnya KH. Cholil Nawawie itu adalah yang mempunyai kemauan untuk mengajar. Jadi, santri sukses itu bukan hanya yang kaya,” tutur beliau.
Beliau juga berpesan kepada santri menjelang kelulusan ini, “Semangat belajarnya harus tetap tinggi. Dan yang penting kejujurannya. Santri sekarang itu masih senang lulus daripada jujur. Padahal kesuksesan yang benar itu menurut saya adalah santri yang jujur meskipun akibatnya dia tidak lulus. Dan lulus-tidak lulus itu cuma efek atau bonus. Yang paling gagal adalah yang senang lulus biar pun curang, itu santri yang gagal,” ungkapnya mengakhiri.
[…] seperti karya-karya KH Mustofa Bisri, Acep Zamzam Noor, novelis Habiburahman El-Shirazy dan Mas d Nawawy Sadoellah dari […]