Syarat sah liburan adalah berlibur. Ya, berlibur ke suatu tempat. Sebab “pulangan” serasa hambar jika hanya dihabiskan di kampung halaman.
Siapa pun orangnya, pasti menyukai tamasya. Menghirup oksigen di wilayah lain, serasa mencicipi hidangan dengan menu berbeda. Dengan kata lain, memiliki kesan tersendiri.
Tapi bagi santri, menimbang positif dan negatif adalah sebuah kewajiban. Karena jika terlanjur “basah” dengan perkara negatif, maka sulit untuk menghindar. Bahkan merasa nanggung. Untuk itu, perhatikanlah lima point berikut:
Pertama, mendapat izin dari keluarga. Lantaran pengelananya adalah seorang santri, mbokyo jaim (jaga image). Background santri adalah akhlak. Sedangkan akhlak mengajarkan pamit. Ya, pamit sebelum berpergian. Jika seandainya tidak diperbolehkan. Diam saja. Mengingat, orang tua hanya akan memberikan yang terbaik pada anaknya. Mustahil ada orang tua yang berniat buruk kepada putranya.
Jika orang tua melarang. Berarti itu yang terbaik. Sebab orang tua lebih bisa memilah antara yang baik dengan yang buruk kepada anaknya.
Kedua, cek dulu tempat yang ingin dituju. Sebagaimana yang telah disebutkan diatas, jika kita teledor menentukan, maka sulit menghindar. Ya, termasuk wisata yang akan kita kunjungi.
Wisata domistik banyak ragamnya. Ada yang halal ada pula yang tidak. Untuk itu, jika ada yang halal ngapain kita pilih yang haram? Ingat, batasan israf adalah mengeluarkan uang recek untuk kemaksiatan. Bukan uang miliaran untuk ibadah.
Ketiga, memahami betul konsep dasar fiqhus-safar. Mana yang dapat rukshah dan mana yang tidak. Sehingga kita tidak rancu mengamalkannya, alias “setengah matang”.
Keempat, lantaran malaikat maut sering ada di jalanan, seyogyanya kita memiliki teman di sekitar tempat wisata tersebut. Agar tidak bingung saat terjadi sesuatu.
Kelima, memakai pakaian seadanya. Dengan kata lain jangan terlalu norak. Sebab meski liburan, kita tetap santri. Santri harus jaim. Bahkan lebih bagus jika kita memakai kopyah dan sarung. Agar nuansa kepesantrenan tetap ada. Dengan kata lain, menyebarkan syiar Agama.
Semua itu, tidak boleh dilupakan. Sebab lima item itulah yang akan menjaga “kelezatan” cita-rasa pesantren. Vakansi boleh, asal lima point di atas!
Muhammad ibnu Romli/sidogiri.net