BeritaInstansi

Pelatihan Menulis Berita; Pewarta Seperti Perawi Hadis Nabi

Malam Jumat (13/07), Badan Pers Pesantren (BPP) mengadakan orientasi insan pers dengan tema, “Menulis Berita dan Features dengan Benar”. Acara yang dihelat di ruang auditorium kantor Sekretariat ini, diikuti oleh seluruh redaksi media di Pondok Pesantren Sidogiri, baik mading, majalah, buletin dan website.

BPP selaku badan yang ditugaskan untuk membina pengelola media, menghadirkan Ust. Masyhuri Mochtar, sebagai narasumber. Dalam penyampaiannya, Sekretaris VI Pondok Pesantren Sidogiri ini, menjelaskan bahwa berita adalah keterangan suatu peristiwa yang sedang atau telah terjadi, dan masih hangat diperbincangkan.

“Jika kita menginformasikan kejadian lama dalam bentuk berita, lalu kita gagal mengemasnya maka akan disebut berita basi oleh pembaca,” jelas staf pengajar MMU Aliah ini.

Menurut Ust. Masyhuri, penulis berita tak ubahnya seorang perawi hadits. Selain tsiqah, juga harus memiliki kecakapan dalam menyampaikan beritanya.

“Para Sahabat dulu, meliput semua yang disampaikan dan dikerjakan oleh Nabi, kemudian berita ini disampaikan kepada para Tabiin, dan terus berlanjut hingga penulis hadits. Agar khabar yang disampaikan shahih, harus diriwayatkan oleh para rawi tsiqah,” jelas mantan pemimpin redaksi Sidogiri Media ini.

Potret suasana pelatihan menulis berita dan features

Penulis buku Kamus Istilah Hadis ini juga menjelaskan, sebagai pewarta juga harus juga memiliki sifat Fashahah al-Mutakkalim dan Balagah al-Mutakallim sebagaimana dijelaskan dalam ilmu Ma’ani. Sehingga selain kalimat yang dibuat efektif, jauh dari kesalahan tata bahasa dan ambigu, pewarta juga mampu menulis berita sesuai keadaan mukhathab sebagai penerima berita, atau istilahnya muqtadha al-hal.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa features itu adalah bagian dari jenis penulisan berita. Hanya saja, features itu berita yang sifatnya ringan dan menghibur. Menginfomasikan fakta yang kebanyakan luput dari perhatian, di balik suatu peristiwa dengan bahasa yang renyah. “Ya, lebih bersifat intertaimen, sehingga pembacanya merasa terhibur,” jelasnya.

Terakhir, pemateri berharap agar semua penulis terus mengembangkan kemampuan menulisnya. Jangan hanya bermodal pelatihan, tanpa tindak lanjut untuk melatih kemampuan menulis.

“Terus kembangkan tulisan Anda, karena penulis hebat itu terlahir dari diri sendiri, yang terus mengembangkan bakatnya untuk menulis, bukan dari bangku pelatihan” tutupnya.

Penulis: Muhammad Noval
Editor: Muhammad Ilyas

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *