BeritaUnggulan

Majelis Milenial II, Dai Ruang Maya Harus Kreatif Berkonten

Buletin Nasyith kembali menggelar acara Majelis Milenial Ke-2 pada Jumat (24/11). Acara ini digelar di aula lt.III gedung Sidogiri Excelent Center. Tema yang diangkat ialah “Dai Ruang Maya” dengan narasumber Habib Ahmad Syauqi bin Muhammad Bafaqih, Nguling, Pasuruan.

Moh. Nurus Salam, Pemimpin Redaksi Buletin Nasyith, dalam sambutannya memaparkan bahwa tujuan mengusung tema ini agar para santri, ketika pulangan pesantren bisa menggunakan media sosial sebagai sarana dakwah. Menyebarkan ilmu yang telah dipelajari selama di pesantren, baik itu berupa perkataan para guru atau kalam hikmah yang ada dalam kitab ulama salaf.

“Selain juga menjadi bahan evaluasi bagi mereka dan agar ketika pulangan tidak diisi dengan berlibur serta senang-senang semata,” tutur santri asal Pamekasan ini.

Dalam pemaparannya, Habib Ahmad Bafaqih, begitu narasumber dikenal, memaparkan bahwa arti dakwah secara umum adalah mengajak orang lain untuk melakukan kebaikan. Orang yang mengajak akan mendapatkan pahala yang sama jika orang yang diajak mengamalkan apa yang disampaikan. Mengajak orang lain kepada kebaikan itu bisa menggunakan cara apa pun, seperti berdakwah melalui media sosial.

Pemilik akun Instagram @ahmed_bafaqih ini memaparkan bahwa risiko dalam berdakwah itu ialah dimusuhi. Oleh karena itu, jika ada orang yang mencaci atau menampakkan kesalahan kita, baik itu di media sosial ataupun lainnya maka ucapkan terima kasih kepadanya karena telah peduli kepada kita.

“Kita jangan sampai merasa baik meskipun orang lain menganggap kita itu baik,” tegasnya.

Selain itu, pria kelahiran Malang ini menjelaskan sarana dakwah yang kompeten di masa sekarang ialah media sosial, karena dakwah di media sosial harus kreatif membuat serta memproduksi konten. Begitu juga, dengan melihat momen yang sesuai dengan keadaan. Selain itu, dari kalangan santri masih terbilang minim yang melakukan dakwah melalui media sosial.

Pada akhir penyampaiannya, alumni Tarim ini berpesan kepada para peserta bahwa orang yang hendak berdakwah terlebih dahulu mumpuni dalam ilmu agama. Di samping itu, dalam berdakwah harus sesuai kapasitas yang dimiliki. Oleh karena itu, jangan malu untuk mengatakan tidak tahu jika tidak tahu persoalan yang dihadapi.

Reporter: Ulil Abshor
Penyunting: Muhammad Ilyas

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *