Guna membentuk pribadi yang berakhlak bagi warga kamar, Badan Pengelolaan dan Pengembangan Sumber Daya Insani (BP2SDI) adakan workshop tim parenting Pondok Pesantren Sidogiri. Bertempat di Gedung IASS 1745, Pohjentrek, Pasuruan, workshop diadakan selama dua hari sejak Sabtu-Ahad (2,3/11). Drs. Miftahul Jinan M.Pd.i,. LCPC hadir sebagai narasumber, yang diikuti oleh 20 kepala kamar terpilih.
Workshop diselenggarakan untuk menekankan kepada kepala kamar terhadap tugas penting yang harus mereka laksanakan ketika ada di dalam asrama. “Menjadikan kepala kamar sebagai tempat curhat yang baik bagi warga kamarnya, dan cara memberi solusi yang efektif untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Tak kalah penting kepala kamar harus menjadi panutan untuk menerapkan akhlak yang baik,” tutur Ust. M. Saifuddin, Wakil 1 BP2SDI.
Model Workshop diadakan secara berkelompok. Ada 4 kelompok yang masing-masing mengutus perwakilan untuk mempresentasikan tema yang diembannya. Tema penting yang dipilih dalam acara ini: Membangun Kesadaran di Siplin Santri, Solusi Terbaik Mendampingi Santri yang Bermasalah, dan Menanamkan Akhlak Santri Masa Kini.

Drs. Miftahul Jinan, yang juga Direktur Griya Parenting Indonesia dan Konsultan Pendidikan Sekolah dan Pesantren, menjelaskan masalah yang sering terjadi ketika mengayomi warga kamar yang mempunyai perbedaan karakter. “Ada dua kendala yang sering terjadi, bermula dari internal dan eksternal: Internal terjadi karena kurangnya kematangan umur terhadap kepala kamar, sehingga harus bisa mengatur emosi ketika sedang mendidikan anak kamarnya. Sedangkan eksternal terjadi dari sikap santri yang berbeda-beda, ini juga menjadi tantangan bagi kepala kamar untuk membiasakan diri mengasuh anak kamrnya dengan perbedaan karakter,” kata Jinan, sapaan akrabnya.
Beliau memberi tip-tip mendidik anak secara efektif. “Pertama, berilah mereka contoh yang baik, melalui perbuatan Anda agar mereka juga melakukan hal tersebut. Kedua, biasakan hal baik di pesantren karena itu sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter santri. Ketiga, usahakan lebih dekat dengan warga kamar, dan dengarkan keluh kesah mereka. Keempat, berilah nasihat bagi mereka dalam keadaan tertentu, dan beri hukuman katika ada yang sudah melebihi batas dalam perbuatannya,” tutur pria asal Sidoarjo ini.

Semua kepala kamar telah mempunyai potensi sebagai orang tua dalam mengayomi anak kamarnya. Hanya saja, mereka butuh strategi yang efektif dalam mendidik anak kamar guna membentuk pribadi yang berakhlak.
“Tentu kepala kamar sudah lebih berpengalaman daripada anak didiknya. Mereka harus menunjukkan akhlak yang baik agar menjadi contoh bagi mereka. Dan, mereka lebih dalam ilmu agamanya sehingga lebih dihormati ketika ada di dalam kamarnya,” pungkas diakhir wawancara.
Penulis: Waisan A.K.
Editor: Nur Hudarrohman