BeritaUnggulan

Meriahkan Maulid Nabi dengan Ijazah Maulid

ijazah maulid oleh Habib Abdulloh
ijazah maulid oleh Habib Abdulloh

Pengurus Ubudiyah Pondok Pesantren Sidogiri sukses menggelar ijazah Maulid ad-Daiba`i pada Senin (11/03). Acara ini bertempat di Masjid Jami Sidogiri. Pengurus Ubudiyah mendatangkan Habib Abdulloh bin Abdurrahman al-Muhdor sebagai mûjiz (pemberi ijazah) dan Gus Badrud Tamam sebagai penerjemah. Acara ini diadakan dalam rangka memeriahkan Maulid Nabi Muhammad SAW sekaligus merealisasikan usulan dari pengurus harian.

Pengurus Ubudiyah mempersiapkan 7000 materi untuk acara ijazah ini. “Alhamdulillah 90% materi habis terjual,” ujar As’ad Nahdi, TU Ubudiyah. Lebih lanjut ia menurutkan, “Aslinya kami ingin mencetak 10.000 materi, tetapi terkendala waktu yang mepet dengan ijazah.” Materi ini berjudulkan Arbaush-Shalawat fi Madhi Sayyidis-Sâdah.

Syarat mengikuti ijazah ialah membeli materi dan dianjurkan memakai baju putih. “Ijazah kali ini sengaja tidak dibatasi tingkatan. Artinya semua tingkatan mulai Idadiyah sampai Aliyah boleh mengikuti ijazah ini,” terang As’ad.

Habib Abdulloh memberi ijazah kepada para santri
Habib Abdulloh memberi ijazah kepada para santri

Pukul 10.30 Habib Abdulloh datang bersama Gus Badrud. Sebelum beliau datang para peserta membaca Maulid ad-Daiba`i yang dipimpin oleh tim yang telah disiapkan pihak Ubudiyah.

Hal yang pertama disampaikan Habib Abdulloh kepada santri ialah ucapan Habib Ali al-Habsyi, Pengarang Maulid al-Habsyi, “Kami sangat bahagia atas kelahiran baginda Nabi. Malam yang paling utama bagi Umat Islam ialah malam lahirnya baginda SAW.” Hal ini tidak lain karena Nabi Muhammad merupakan rahmat bagi seluruh makhluk.

“Majelis maulid bertujuan untuk mengundang ruh baginda Nabi. Oleh karenanya, harus menjaga adab seperti majelis tersebut harus wangi,” tutur Habib Abdulloh. Beliau menghimbau agar mejelis maulid tidak bau, terlebih ada bau rokok di sana. “Sebesar apapun biaya yang dikeluarkan jika mejelisnya bau atau ada bau tembakau di sana (rokok) maka Nabi tidak akan hadir.”

“Maulid itu biasanya tidak lepas dari lima hal. Salawat, zikir, sirah atau syâmail (sifat atau bentuk tubuh) baginda Nabi, syair pujian untuk baginda, dan doa,” terang Habib Abdulloh al-Muhdor.

Beliau juga mengkritisi beberapa bacaan keliru yang sudah lumrah. Seperti wa atâkal-`udu yabki, yang benar adalah wa atâkal-`audu yabki. “Banyak percetakan yang masih salah dalam beberapa bacaan maulid,” ungkap beliau. Oleh karenanya, beliau menghimbau agar santri tidak mengikuti bacaan yang salah.

Sekitar pukul 12.00 Wis beliau mengijazahkan Maulid ad-Diba`i kepada seluruh peserta yang hadir. Selain itu, beliau juga mengijazahkan semua amalan yang bisa mendekatkan kepada Allah SWT. Acara ini ditutup dengan doa dari Habib Abdulloh bin Abdurrahman al-Muhdor yang diamini para santri.

Penulis: Iwanulkhoir

Editor: Moh Kanzul Hikam

Shares:
Show Comments (1)

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *