Artikel

Merajut Impian Masyayikh

Pembabatan tanah yang kita injak ini bukanlah hal yang mudah, hutan belantara tak berpenghuni. Akan tetapi seorang perantau gigih melakukannya. Bahkan dalam buku Jejak Langkah 9 Masyaikh Sidogiri [2×9.7/Omi/j/C.01] hambatan pada saat itu bukan hanya pohon raksasa, akan tetapi para jin dan beberapa hewan liar. Karena keberanian Mbah Sulaimanlah—panggilan masyhurnya—Milad tanah ini sudah mencapai ke-280 tahun.

Kegigihan dan pengorbanan bukanlah sesuatu yang muncul pada setiap saat. Di dalam buku NO EXCUSE [158/Ala/n/C.01]  kesemangatan hanyalah terbangaun dari visi dan misi yang sangat jelas. Tak mungkin seseorang semangat tanpa tujuan yang pasti.

Begitu pula Mbah Sulaiman, beliau pasti memiliki visi dan misi yang sangat jelas dan agung. Karena  sangat tak masuk akal jika mengorbankan harta, waktu dan tenaga untuk membabat hutan belantara yang angker dengan tanpa iming-imingan apapun.

Untuk itu, KH Hasanie Nawawie merumuskan devinisi santri dengan jelas, agar konsep yang tertanam dalam diri santri tidak ‘konslet’. Mengingat santri harus tahu impian maha gurunya. Sebagai mana yang tertera dalam buku Biografi Ringkas Keteladanan Kiai Hasanie Nawawie [2×9.09/Bak/b/C.03].

Oleh karenanya, slogan ‘satu mimpi satu barisan’ muncul sebagai tema perayaan milad PPS ke-280. Mengingat sudah saatnya santri satu arah dengan impian para masyayikh, yakni mengkader ‘ibadillahish-shalihin.

Gus Dur didalam antologi esainya Kiai Nyentrik Membela Pemerintahan [2×9.874/Wah/k/C.02] menjelaskan efek dari kebersamaan dalam mencari ilmu. Di esainya terdapat cerita tentang dua kiai yang kehidupannya sangat kontras, tapi itu saling menghormati satu sama lain. Bahkan efek kemasyrakatpun lebih maksimal.

Pentingnya kekompakan juga tercermin dalam buku Dari Puncak Andalusia [900/Suw/d/C.01], mulai berdirinya masjid Kordoba sebagai pusat peradaban Islam, hingga menjadi bebak belur menjadi gereja.

Kekompakan yang kami maksud disini adalah menjalani semua titah masyayikh, karena mimpi itu takkan tercapai selagi Anda belum melewati jalan yang disediakan oleh guru kita. Ingat! Penyebab kekalahan muslimin di peperangan Uhud disebabkan tidak taat pada titah Nabi, sebagai mana  dalam buku Analisis Aktual Perang Badar & Uhud [2×9.12/Far/a/C.03].

Shares:
Show Comments (1)

1 Comment

  • […] Sumua ciri-ciri pesantren salaf di atas, terpenuhi di Sidogiri. Pun, dari pertama kali didirikan hingga saat ini, Pesantren Sidogiri masih tetap konsisten dengan tujuan didirikannya; mencetak santri yang ibadillahi as-Shalihin. Maka tak ayal jika para alumninya banyak yang sukses sesuai cita-cita masyaikh Sidogiri. […]

    Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *