Malam Jumat (08/10) Habib Taufiq bin Abdul Qadir as-Segaf mengupas tuntas perihal nafsu saat mengisi acara pengajian Kitab Hikam karya al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad.
Sebelum masuk pada pembahasan nafsu, Habib Taufiq lebih dulu menjelaskan hubungan nafsu dengan akal dan ilmu, “Jadikan akalmu untuk ilmumu dan jadikan nafsumu untuk akalmu.” Hal ini harus dilakukan, karena nafsu akan sangat nakal jika tidak dikendalikan akal, sementara ilmu juga perlu sebagai peredam akal yang terkadang liar.
Kemudian, beliau menyampaikan seberapa bahaya nafsu bagi jiwa seseorang, “Selama nafsu itu masih hidup, maka ia akan menjadi ular yang berbahaya.”
“Kita tidak boleh diatur nafsu, tapi kitalah yang harus mengatur nafsu,” seru beliau.
Lepas dari kekangan nafsu bukan perkara mudah. Menaklukkannya tidak cukup dengan satu kali usaha. Maka, tidak heran jika Habib Taufiq mengatakan bahwa riyadlah adalah cara terampuh untuk menaklukkannya.
Ada tujuh tingkatan nafsu yang diungkap Habib Taufiq secara rinci dan runtut, mulai dari yang terburuk hingga nafsu yang menuntun kita ke surga, yaitu; amarah, lawamah, mulhamah, mutmainnah, radliyah, mardliyah dan kamilah.
Hanya nafsu amarah dan lawamah yang terbilang buruk. Keduanya juga sangat akrab dengan manusia. Karenanya, nafsu identik dengan perkara jelek. Sementara, untuk nafsu kamilah hanya orang-orang saleh yang dapat mencicipi dan butuh kesungguhan untuk meraihnya.
Penulis: Mohammad Iksan
Editor: Saeful Bahri bin Ripit
ALLOHUMMA SOLLI ALA SAYYIDINA MUHAMMAD…
[…] ada yang bersikukuh bahwa ahli bait hanya tertentu pada empat sosok. Maka, dia adalah orang yang mengingkari ahli […]