ArtikelHikayat

Nikmat yang Diabaikan

Nikmat yang Diabaikan

Kehidupan yang kita jalani saat ini memang misteri yang tak dapat kita terka sebelum dam setelahnya. Allah sengaja merahasiakan semua yang akan terjadi pada waktu mendatang supaya kita bisa menghargai waktu. Hanya saja, tidak semua orang bisa menghargainya. Padahal, waktu sangatlah berharga. Ia bisa melebihi sesuatu yang bernilai rupiah. Karena waktu tidak dapat dibeli dan diulang. Waktu adalah momentum satu kali dalam seumur hidup kita. Tergantung kita mau memanfaatkannya dengan kegiatan yang positif atau melalaikannya dengan suatu hal yang sia-sia dan tak bermakna.

Dalam pepatah Arab dijelaskan, “al-waktu kas-saif”, yang memiliki arti, “waktu ibarat pisau”. Pepatah ini menyimpan makna yang sangat mendalam. Jika kita mau memahaminya dengan seksama dan merenunginya dengan penuh perhatian, insya Allah kelak kita tidak akan menemukan jati diri yang sebenarnya.

Waktu yang kita jalani setiap detiknya, tidak akan pernah kita hentikan dan kita ulang, sebagaimana kita juga tidak bisa mempercepat lajunya. Artinya, kita sebenarnya berperang dengan waktu. Usia manusia sudah ada ketentuan kapan ia harus mengakhiri cerita hidupnya. Umur manusia tidak ada yang tahu. Ajal juga tidak mengenal usia. Oleh karena itu, kita harus terus waspada. Misteri dirahasiakannya kematian adalah motivasi bagi kita agar selalu menghargai waktu sebagai anugerah terindah ini, dengan memperkaya amal kebaikan, taubat dan rasa syukur kita kepada Allah.

Selanjutnya, selain waktu yang sangat istimewa bagi kita, ada nikmat yang seringkali kita lalai untuk disyukuri. Nikmat itu adalah kesehatan; kesehatan jasmani (badan) dan kesehatan rohani (psikologi). Kesehatan yang kita miliki sekarang ini termasuk anugerah terbaik. Sebab, jika kita sakit, segala aktivitas kita terjeda. Jika kita sakit, biaya pengobatan sangatlah mahal. Jika kita sakit, kita merepotkan orang lain. Jika kita sakit, kita sering mengeluh dan berpikir hal-hal negatif. Jika kita sakit, selera makan dan minum kita dihilangkan oleh Allah. Namun, kita sering melupakan masalah-masalah yang timbul ketika sakit menyerang. Kita sering melabrak pola makan 4 sehat 5 sempurna dan menguras tenaga tanpa istirahat sama sekali.

Meskipun semua orang tahu bahwa sehat dan waktu adalah berharga, banyak dari mereka tetap tidak memedulikannya. Mereka akan sadar ketika dua nikmat ini telah hilang dari kehidupannya. Hal ini senada dengan hadis riwayat al-Imam al-Bukhari, Rasulullah bersabda:

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Dua nikmat yang sering dilupakan (lalai) oleh kebanyakan manusia, yaitu nikmat sehat dan waktu yang luang”. (HR. Al-Bukhari)

Maksud dari sehat dan waktu luang di atas adalah sehat jasmani dan waktu luang dari pekerjaan yang mencegah untuk beribadah. Hal ini sebagaimana keterangan dalam Syarh Sunan Ibnu Majah al-Musamma Mursyidu Dzawil-Hija wal Hajah. Apabila kesehatan dan waktu luang berkumpul, tetapi dia lalai dalam meraih kebajikan, itulah kerugian yang sesungguhnya.

Dalam kitab Al-Kawakib, dijelaskan: “Seolah-olah beliau mengatakan, kedua perkara ini (kesehatan dan waktu luang), jika tidak dimanfaatkan dengan baik, maka pemiliknya akan merugi; artinya, ia menjualnya dengan harga murah yang tak berujung baik, atau ia tidak memiliki pandangan sama sekali dalam hal itu. Seseorang mungkin sehat, tetapi tidak memiliki waktu luang untuk beribadah karena kesibukan bekerja, dan sebaliknya. Jika kesehatan dan waktu luang hadir bersamaan namun ia gagal memanfaatkannya untuk meraih kebaikan, maka inilah kerugian yang sebenarnya. Dunia adalah pasar keuntungan dan ladang akhirat, di dalamnya terdapat perdagangan yang keuntungannya akan tampak di akhirat. Barang siapa memanfaatkan waktu luang dan kesehatannya untuk taat kepada Tuhannya, dialah yang beruntung. Sedangkan barang siapa menggunakannya untuk bermaksiat kepada Allah, maka dialah yang merugi. Karena waktu luang akan disusul oleh kesibukan, dan kesehatan akan diikuti oleh penyakit, bahkan jika hanya sekadar penuaan.” Demikian penjelasan Al-Qasthalani.

كتاب شرح سنن ابن ماجه للهرري = مرشد ذوي الحجا والحاجة إلى سنن ابن ماجه

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ”.
وهذا السند من خماسياته، وحكمه: الصحة؛ لأن رجاله ثقات أثبات.
(قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: نعمتان) مبتدأ أول، وسوغ الابتداء بالنكرة: قصد الجنس، وهي تثنية نعمة؛ وهي الحالة الحسنة، وقال الإمام فخر الدين: المنفعة المفعولة على جهة الإحسان إلى الغير.
وزاد الدارمي: من نعم الله (مغبون فيهما) أي: في النعمتين (كثير من الناس) مبتدأ ثان مؤخر عن خبره، وخبره: (مغبون) مقدمًا عليه، والجملة من المبتدأ وخبره خبر للمبتدأ الأول؛ وهو (نعمتان)، والرابط ضمير (فيهما) والتقدير: نعمتان كثير من الناس مغبون فيهما؛ وهما؛ أعني: النعمتين (الصحة) في البدن (والفراغ) من الشواغل بالمعاش المانع له عن العبادة.
والغبن – بفتح الغين المعجمة وسكون الموحدة -: النقص في البيع، وبتحريكها: في الرأي؛ أي: ضعف الرأي.
قال في “الكواكب”: فكأنه قال: هذان الأمران إن لم يستعملا فيما ينبغي .. فقد غبن صاحبهما فيهما؛ أي: باعهما ببخس لا تحمد عاقبته، أو ليس له رأي في ذلك ألبتة؛ فقد يكون الإنسان صحيحًا، ولا يكون متفرغًا للعبادة؛ لاشتغاله بالمعاش، وبالعكس، فإذا اجتمع الصحة والفراغ، وقصر في نيل الفضائل .. فذلك الغبن كل الغبن؛ لأن الدنيا سوق الأرباح، ومزرعة الآخرة، وفيها التجارة التي يظهر ربحها في الآخرة؛ فمن استعمل فراغه وصحته في طاعة مولاه .. فهو المغبوط، ومن استعملهما في معصية الله .. فهو المغبون؛ لأن الفراغ يعقبه الشغل، والصحة يعقبها السقم، ولو لم يكن إلا الهرم. انتهى “قسطلاني”.

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *