
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى اله وصحبه ومن والاه. ام بعد.
Saudara-saudara pengurus HMASS (Harakah Mahasiswa Alumni Santri Sidogiri) sekalian. Marilah kita telebih dahulu memaknai pertemuan dan pelantikan pengurus HMASS ini dengan pemaknaan yang hidup, memahami dan menjiwai keterlibatan kita di dalam organisasi ini layaknya organisme dengan peran yang sangat vital, betapapun mungkin peran itu terlihat sangat kecil dan begitu spele. Karena bagaimanapun, peran kecil yang menjadi tugas kita, bertalian erat dengan peran kecil yang menjadi tugas teman kita, dan peran lain yang menjadi tugas lembaga lain, dalam suatu organisasi. Sehingga jika ternyata peran yang kita jalankan ternyata eror, jelas itu akan memberikan pengaruh pada peran yang dijalankan oleh teman kita, dan jika kerusakan itu kemudian berantai, pasti itu akan memberikan masalah serius pada lembaga kita, lalu berdampak buruk pada organisasi kita secara keseluruhan.
Karena itu, jangan pernah saudara-saudara sekalian menganggap sepele terhadap tugah yang telah diamanatkan oleh Pengurus, dan tanamkan di dalam hati saudara-saudara sekalian bahwa keberadaan saudara-saudara sangat penting, dan tugas yang saudara-saudara sekalian emban sangatlah penting dan wajib dijalankan dengan sebaik mungkin, demi tercapainya tujuan besar dari organisasi ini. Sebab agenda besar organisasi tidak mungkin dipikul oleh satu dua orang, sehingga kita semua yang ada di sini dilibatkan untuk memikulnya secara bersama-sama. Memang kemudian masing-masing dari kita hanya mendapatkan potongan-potongan kecil yang terasa ringan kita pikul, tapi itu sangat penting dan tidak boleh kita sepelekan.
Baca juga: Pelantikan PC – HMASS se-Indonesia dan Mesir
Dengan demikian, memaknai setiap pelantikan, setiap rapat dan setiap kegiatan yang kita jalankanadalah niscaya bagi kita semua, agar setiap perputaran agenda khidmah yang kita jalankan adalah niscaya bagi kita semua, agar setiap perputaran ageda khidmah yang kita gulirkan menjadi bergairahdan searah dengan visi-misi organisasi, tidak statis, kaku, dan berjalan begitu saja tanpa pemaknaan yang berarti; pokoknya program sudah terlaksana, yang penting sudah menggugurkan kewajiba. Menjalankan program dengan setengah hati seperti itu tidak bisa memberikan kontribusi yang berarti bagi organisasi, kalau tidak malah membebani. Sungguh, hal semacam ini sangat tidak diharapkan terjadi pada saudara-saudara sekalian. Maka dalam setiap rapat dan pertemuan, melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan programtidak kalah pentingnya dengan telaksananya program-program itu sendiri, agar kita bisa mengukur apakah program yang terlaksana sudah senafas dengan ruh organisasi atau tidak.
Saudara-saudara pengurus HMASS sekalian. Harus saya katakan bahwasaudara-saudara sekalian memiliki nilai tambah yang tidak dimiliki oleh alumni-alumni santri pada umumnya, yang mungnkin hanya sempat mengenyam pendidikan di pesantren, lalu boyong dan berkiprah di masyarakat dengan profesi masing-masing. Adapun para alumni santri yang melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi, mereka telah mengarungi dua alam yang berbeda, yaitu dunia oesantren dan dunia perguruan tinggi, sehingga bisa memahami dua dunia itu dengan segenap seluk beluk dan perbedaannya, mulai dari keilmuan, kultur, karakter, pemikiran dan sebagainya. Kelebihan yang ada pada saudara-saudara sekalian berkeseimbangan dengan tanggungjawab lebih yang mesti saudara-saudara emban, untuk menjawab tantangan-tantangan kontemporer yang tak mampu ditangkap oleh alumni-alumni pesantren pada umumnya. Karena hanya saudara-saudara yang memahami tantangan itu, menguasai ilmunya, dan tentu juga tahu bagaimana harus merespon dan menjawabnya.
Baca juga: Masa Depan AMDK Santri
Di hari-hari belakangan ini, tantangan-tantangan itu semakin nyata dihadapan kita semua. Kita semua melihat dengan jelas pemahaman Islam hari ini semakin kabur bagi umat dan tentu jadi membingungkan, lantaran ada kalangan yang dengan seenaknya mengacak-acak ajaran dan pemahaman yang sudah mapan dan final dalam Islam, dengan mengatasnamakan fleksibelitas Islam, kemajuan, pembaharuan, modernisasi, multikulturalisme, toleransi, pluralism, dan semacamnya. Parahnya, kalangan yang menodai ajaran Islam itu tak lain adalah sebagian umat Islam sendiri. Barangkali keadaan seperti itu yang disinyalir dalam sebuah Hadis Rasulullah SAW, bahwa agama Iaslam ini akan dirusak oleh orang Islam sendiri. Nah, jika tantangan yang datang hari ini adalah isu-isu pemahaman keagamaan modern seperti itu, maka taka da pihak yang lebih memahami cara menguraikan problem-problem itu ke tengah-tengah para masyarakat selain para santri yang sudah menjadi mahasiswa, profesor, dan semacamnya. Karena mereka sebelumnya sudah mempelajari Islam dari sumber-sumber pesantren yang murni, lalu melengkapinya dengan mendalami paradigm berpikir modern di dalam kampus-kampus.
Soal toleransi antar-pemeluk agama, misalnya, sampai detik ini umat Islam sebagai penduduk mayoritas, tidak pernah melakukan tindakan pelecehan terhadap agama-agama lain dan para pemeluknya. Kehidupan berjalan normal sejak awal dan tidak pernah ada masalah. Namun, segelintir kelompok berpaham liberal tidak henti-hentinya mempropagandakan isu toleransi ini ke tengah-tengah umat, seakan-akan telah terjadi kekacauan dan disintegrasi bangas yang disebabkan umat Islam melakukan tindakan intoleransi. Maka disebarkanlah paham pluralism agama kepada umat Islam, bahwa umat Islam tidak boleh meyakini hanya agama Islam saja yang benar dan, tapi agama-agama lain juga benar dan para pemeluknya juga akan masuk surga. Setelah itu mereka menggerakkan aksi riil, misalnya senantiasa mempropaganda umat Islam agar mengucapkan selamat pada acara keagamaan, rutin menjaga gereja, salawatan di gereja, mengirim tumpeng ke gereja, mengharuskan mengucapkan salam dari berbagai agama, dan tindakan-tindakan lain yang membikin masyarakat jadi bingung dengan pemahaman yang mereka pegangi selama ini.
Baca juga: Wisuda Istimewa ke-7, Ust Qusyairi Ismail Tekankan Akhlak Santri Idadiah
Parahnya lagi, kelompok liberal yang telah mencemari ajaran dan pemahaman Islam tadi mendapatkan panggung yang luar biasa di mana-manadari berbagai kalangan, mulai dari pemerintah, media, lembaga pendidikan, hingga masyarakat awam. Orang-orang ini terus diundang ke mana-mana, mendapatkan apresiasi luar biasa, sehingga pikiran-pikiran nyeleneh jadi semakin tersebar dan membumi sampai pada kalangan akar rumput. Di samping itu, kalangan yang tetap berpegang teguh pada ajaran Islam yang murni, sesuai dengan yang diajarkan di pesantren-pesantren salaf, yang mereferensi pada kitab-kitab para ulama yang muktabar. Justru distigma sebagai kelompok yang jumud, tidak mengerti perkembangan zaman, tidak toleran, dan bahkan dicap sebagai radikal. Bagaimana pun, semua ini merupakan tantangan kontemporer yang mesti dijawab oleh alumni pesantren yang memahami seluk beluk pemikiran tersebut, dan mengetahui agenda tersembunyi di balik pikiran-pikiran itu. Nah, di sinilah kader-kader HMASS mesti hadir dan mengambil peran aktif.
Saudara-saudara pengurus HMASS sekalian. Oleh sebab itu, kegiatan utama HMASS yang berupa kajian Ahlusunah wal Jamaah yang diadakan di cabang-cabang setiap tiga bulan sekali itu, harus benar-benar dijalankan dengan serius dan maksimal, dengan perencanaan yang baik, penataan yang matang, dan koordinasi yang rapi. Karena di kegiatan ini kita sedang mengurai benang kusut problem umat di masing-masing wilayah terkait akidah dan pemahaman terhadap agama Islam. Di situ kita berdiskusi merespon problem yang sedang kita hadapi, mempertemukan konsep-konsep dan gagasan, lalu menyamakan persepsi dan dan menemukan rumusan yang sesuai dengan landasan-landasan Islam sebagaimana diajarkan oleh para ulama, untuk kemudian hasilnya disebarkan ke tengah-tengah masyarakat. Pembentengan akidah dan pemikiran Islam seperti ini mutlak diperlukan, serta membutuhkan usaha-usaha serius dan berkelanjutan.
Baca juga: Mentoring ACS, Sejarah Berdarah Wahabi
Sekian sambutan dari saya. Semoga pertemuan pengurus dan pelantikan pengurus HMASS pada malam hari ini mendapatkan hasil yang baik, yang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Sidogiri, sehingga segala pikiran dan gerakan yang kita upayakan melalui organisasi ini, bisa membuat Kiai dan para Masyayikh ridha pada kita. Amin.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
[…] Pol. Dr. Boy Rafli Amar, MH. Kunjungan dalam rangka “Silaturahmi kemerdekaan BNPT RI bersama keluarga besar Pondok Pesantren Sidogiri” ini, disambut hangat oleh H. Bahruddin Thoyyib (Ketua Umum) dan […]
[…] “Kami mengharap, semoga dengan adanya pelatihan seperti ini, kami mendapatkan barokah dari Masyayikh Sidogiri di samping melaksanakan kewajiban pesantren, yaitu khidmah,” tutur Habib Ahmad Muhajir […]
[…] praktik magis yang cukup sering menjadi buah bibir dan tidak jarang menimbulkan kegemparan luar biasa di tengah-tengah masyarakat adalah santet atau guna-guna— terlepas dari validitas praktik santet […]