BeritaUnggulan

Seni Menulis Puisi dengan Kiai M. Faizi

Belajar sastra merupakan keharusan bagi santri, sebab ada fan yang diajarkan di pesantren mengandung sastra. Mulai dari al-Quran, Hadis, dan kitab-kitab pesantren mulai yang berbentuk nazam dan semacamnya.

Malam Jumat (12/02) Jamiyah Sastra Ikatan Santri Sidogiri (ISS) Pondok Pesantren Sidogiri yang bekerja sama dengan Organisasi Murid Intra Madrasah (OMIM) menggelar seminar sastra yang dinarasumberi oleh Kiai M. Faizi. Acara ini bertempat di mushalla baru PPS dengan jumlah peserta terbatas 100 orang.

“Jumlah pesertanya sengaja kami kerucutkan atas permintaan dari beliau yang tidak mau lebih dari 100 orang,” ujar Nabil, Ketua Jamiyah Sastra. “Maunya beliau sederhana, ngopi dengan pegiat sastra di Sidogiri. Itu saja,” imbuhnya.

Setelah acara dibuka dengan surat al-Fatihah dan penyampaian dari panitia acara, acara dilanjut dengan penjelasan tentang sastra oleh Kiai M. Faizi.

Dalam penyampaiannya, Kiai M. Faizi menjelaskan bahwa belajar sastra itu tidak harus menjadi sastrawan, juga menulis puisi tidak harus menjadi penyair. Namun, kita belajar dan menulis memang sebuah keharusan yang harus dilakukan oleh santri.

“Belajar sastra merupakan keharusan bagi santri, sebab ada fan yang diajarkan di pesantren mengandung sastra. Mulai dari al-Quran, Hadis, dan kitab-kitab pesantren mulai yang berbentuk nazam dan semacamnya,” ujar beliau dalam penyampaiannya.

Tidak hanya itu, beliau juga memberi langkah-langkah dalam penulisan puisi, di antaranya: menguasai kosa kata, menguasai rima, dan memiliki sudut pandang.

“Memiliki sudut pandang lain menjadi ciri khas tersendiri daripada penulis-penulis sebelumnya,” ujar penyair Pulau Garam itu.

Selain itu, beliau juga menjelaskan sejarah munculnya sastra pesantren yang terus diperdebatkan tentang definisinya. “Sebenarnya untuk mendefinisikan sastra pesantren, cukup katakan bahwa sastra pesantren adalah sastra yang ditulis oleh santri dari sudut pandang kepesantrenan,” ungkap beliau.

Sebelum acara ditutup, ada sesi penyerahan cendera mata kepada narasumber. Dalam hal ini diberikan oleh Muhammad Nabil bin Syamsi, ketua panitia acara.

Penulis: Ulil Absor

Editor: Nur Hudarrohman

Shares:
Show Comments (0)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *