BeritaUnggulan

Kajian Tafsir Gus Baha Bahas Makna Syahid Versi Syekh Nawawi Banten

Gus Baha
Kajian tafsir Gus Baha sebelum pandemi.

Malam Kamis (24/09), Kuliah Syariah menggelar pengajian kitab yang dihadiri oleh KH. Bahauddin Nur Salim alias Gus Baha. Kajian yang sempat vakum tatkala pandemi ini kembali diadakan dengan mengangkat tema “Makna Syahid Versi Syekh Nawawi Banten”. Acara ini bertempat di Ruang Auditorium Sekretariat Lantai II dihadiri oleh keluarga muda Pondok Pesantren Sidogiri dan segenap anggota Kuliah Syariah.

Makna syahid versi Syekh Nawawi yaitu orang yang membela agama Allah karena menyaksikan kebenaran begitu penting.

Ada beberapa keunikan mengenai Tafsir Munir. Seperti ketika Syekh Nawawi mengartikan makna syahid. Gus Baha, menguraikan makna syahid versi Syekh Nawawi yaitu orang yang membela agama Allah karena menyaksikan kebenaran begitu penting sampai mengorbankan nyawanya (syahida anna alhaqqa ala dinil islam atau ala kalimatillah).

Sejatinya mati syahid itu keren, karena balasannya langsung surga. Kemudian di sini akan timbul permasalahan, jika syahid diartikan sebagai mati di medan peperangan melawan orang kafir. Seperti tidak menghiraukan nyawa dunia yang merupakan karunia Allah. “Apakah masih dianggap keren kalau kamu itu mengharap mati karena ingin dibunuh oleh orang kafir (maqtulal kafir), kerennya itu di mana?” Tutur beliau.

“Jangan sampai dalam peperangan niat ingin mati.”

“Malah orang kafir itu mengungguli kamu karena bisa membunuhmu (‘Al kafir ala alaika’)” lanjut beliau. Syekh Nawawi mencontohkan ‘kalau perang itu niat menang, masalah mati itu takdir’. Jangan sampai dalam peperangan niat ingin mati, karena bisa jadi dia ingin mati dalam genggaman orang kafir (maqtulal kafir). Rata-rata para Nabi itu tidak pernah mati di medan perang (maqtulal kafir). Karena yang menjadi tujuan adalah menegakkan kebenaran dan meraih kemenangan sebagaimana yang telah didefinisikan oleh Syekh Nawawi.

“Namun ‘syahid’ yang kita ketahui selama ini adalah man qatalal kafir ala ma’rikatil kuffar”. Tukas beliau ketika mendefinisikan syahid dalam kaca mata fikih.

Baca Juga: Kebenaran Tidak Bisa Ditinggalkan Hanya Karena Ada Kebatilan

Dalam surat an-Nisa’ ayat 69, syahid ditafsiri sebagai; ‘tsumma inna solihah qod yakunu bi haitsu yasyhadu li diinillah annahu huwal haq’ wa anna ma siwahu huwa al-batil’. “Jadi ada orang shaleh, karena terlalu shaleh dikatakan syahid”. Ungkap beliau menyimpulkan pemahaman tafsir itu. Makna syahid adalah ‘syahida anna alhaqqo ala dinil islam atau ala kalimatillah’.

Jadi syahid bukan makna ‘man qotalal kafir ala makrikatil kuffar’ yang selama ini kita ketahui di kitab-kitab fiqh. “Bahkan seandainya syahid diartikan sebagaimana yang tadi (man qotalal kafir ala makrikatil kuffar), maka orang yang luka-luka di medan peperangan, namun kok matinya di rumah maka dia bukan tergolong orang yang mati syahid”. sambung beliau.

“Jadi ada orang shaleh, karena terlalu shaleh, dia dikatakan syahid”.

Beliau menjelaskan, bahwa arti ‘hidup’ itu apa, hidup adalah ‘mazroatil akhiroh’. Kemudian di sini Imam al-Ghazali menambahkan ‘wa lidzalik karihal anbiya’ wa auliya’ ala al mauta’ (Para nabi dan para wali itu tidak suka mati), karena mati itu bisa saja bertemu dengan Allah yang kita cintai bisa juga berarti tidak bisa shalat, ibadah dan macam-macam. “Jangan-jangan kita ingin mati karena ingin cepat masuk surga dan berhura-hura, tidak ada shalat dan semuanya libur, terlebih mati syahid yang balasannya adalah surga,” gurau beliau ketika menjelaskan siapa yang mati lebih dulu. Jadi Imam Nawawi itu punya pandangan yang menarik dan berbeda terlebih dalam menafsirkan sebuah ayat, seperti makna syahid di atas.

___________

Penulis: Nur Hudarrohman

Editor: Saeful Bahri bin Ripit

Shares:
Show Comments (1)

1 Comment

  • Dodit
    Dodit
    7 Oktober 2020 at 11:18 am

    Alhamdulillah dapat ilmu

    Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *